10 May 2025
Indonesia merupakan negara dengan cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Mineral ini memiliki peran penting dalam berbagai industri, mulai dari produksi baja tahan karat hingga baterai kendaraan listrik. Namun, tahukah kamu kalau nikel tidak langsung ditemukan dalam bentuk bongkahan logam? Di alam, nikel hadir dalam bentuk bijih nikel (ore nickel) dan ada dua jenis bijih nikel utama di dunia, yaitu saprolit dan limonit.
Meskipun berasal dari proses pelapukan batuan yang sama, saprolit dan limonit memiliki karakteristik yang berbeda, mulai dari komposisinya, warna, kedalaman, hingga metode pengolahannya.
Yuk, kita kupas tuntas perbedaan di antara keduanya!
Bijih nikel saprolit kadang juga disebut bijih nikel kadar tinggi karena kandungan nikelnya yang di antara 1,5 persen - 3,0 persen.
Karena kandungan nikelnya yang tinggi itu, proses ekstraksi menjadi lebih mudah dan bisa menggunakan metode peleburan seperti Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
Di sisi lain, zona saprolit berada di lapisan tanah yang lebih dalam sehingga lebih sulit untuk menambangnya.
Produk olahan dari bijih nikel saprolit adalah feronikel, yaitu logam campuran antara besi dan nikel. Feronikel merupakan bahan baku dari baja tahan karat (Stainless Steel).
Bijih nikel limonit dikenal juga sebagai "bijih nikel kadar rendah" karena kandungan nikelnya yang berkisar 0,8 persen - 1,5 persen. Meskipun begitu, ore nikel limonit memiliki keistimewannya tersendiri yaitu kandungan kobaltnya yang mencapai 0,1 persen - 0,2 persen.
Karenanya, untuk mengekstraksi kandungan mineral di dalamnya dibutuhkan teknologi yang lebih kompleks seperti High Pressure Acid Leach (HPAL). Metode ini melibatkan pelarutan bijih nikel dengan asam sulfat yang dipanaskan.
Hasil dari pengolahan bijih nikel limonit adalah Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yaitu sebuah padatan campuran dari nikel dan kobalt. Jika dimurnikan lebih lanjut, MHP dapat menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.
Harita Nickel bukan hanya perusahaan pertambangan bijih nikel melainkan juga perusahaan pengolahan bijih nikel menjadi produk turunannya. Semua itu kami lakukan secara terintegrasi di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.
Per Agustus 2024, fasilitas refinery teranyar Harita Nickel resmi rampung dan berproduksi. Selain itu, smelter RKEF Harita Nickel rampung tahun 2023.
Total, di Harita Nickel kini terdapat 12 jalur produksi RKEF dengan kapasitas produksi 120 ribu ton kandungan nikel dalam Feronikel; dan 6 jalur produksi HPAL dengan kapasitas produksi 120 ribu ton kandungan nikel dalam MHP.
Dengan memahami perbedaan antara bijih nikel saprolit dan limonit, kita jadi bisa melihat betapa kompleksnya proses pengolahan nikel—mulai dari karakteristik alamiahnya hingga teknologi yang digunakan.
Di Harita Nickel, proses ini dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan demi menghadirkan produk nikel bernilai tambah sekaligus menjaga lingkungan.
Go Top