10 November 2023
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebanyak 300 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengikuti kuliah umum bertajuk “Tantangan Penambangan Nikel dan Keberlanjutan Lingkungan: Belajar dari Pulau Obi” yang digelar di Gedung Kuliah Umum Timur ITB, Jalan Ganesa Bandung, Jumat (10/11/2023).
Direktur Health Safety and Environment (HSE) Harita Nickel Tonny Gultom menjadi menjadi narasumber dalam kuliah umum yang dipandu oleh Dr. Muhammad Sonny Abfertiawan, S.T, M.T. dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.
Tonny Gultom didampingi oleh Lesbon Sitorus, Solomon Willyarta, dan Muhammad Galih Setia dari Harita Nickel.
Sementara peserta kuliah umum terdiri dari mahasiswa ITB dari program studi Teknik Lingkungan, Teknik Pertambangan, dan Teknik Metalurgi.
Bagi Harita, acara ini merupakan bagian dari rangkaian “Harita Nickel Goes to Campus“ yang digelar di sejumlah kampus di Indonesia.
Dalam kuliah umum tersebut terungkap bahwa Indonesia adalah negara produsen nikel terbesar di dunia dengan total produksi diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel global.
Dengan potensi sebesar itu, Indonesia menjadi negara strategis di dunia sejalan dengan permintaan global akan nikel terus tumbuh, terutama untuk keperluan industri seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan.
Seperti diketahui, nikel memiliki peran penting untuk menunjang banyak hal dan telah mengubah peradaban dunia.
Nikel lekat dengan kehidupan sehari-hari sebagai campuran stainless steel untuk peralatan rumah tangga, campuran besi baja untuk bahan konstruksi bangunan dan rel kereta api, hingga digunakan dalam baterai dan teknologi energi terbarukan lainnya, yang membuat potensi pasar nikel semakin menarik.
“Nikel juga menjadi mineral yang paling banyak dibutuhkan terkait tumbuhnya industri seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan. Meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, terhadap isu kelestarian lingkungan membuat upaya ini mendapatkan sokongan positif dari banyak pihak,” kata Tonny Gultom.
Menurut dia, Pulau Obi, tempat beroperasinya Harita Nickel, adalah sebuah pulau dengan luas sekitar 2.345 kilometer persegi di Provinsi Maluku Utara yang menjadi salah satu tempat penambangan nikel terbesar di Indonesia.
Kawasan Industri Obi menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Pelaksana PSN Kawasan Industri adalah PT Trimegah Bangun Persada bersama tenan/perusahaan afiliasi yang telah beroperasi.
Nikel dari Pulau Obi telah berperan penting untuk peradaban baru dunia. Dari Pulau Obi, kata Tonny, Indonesia banyak belajar dan berharap terkait pengembangan nikel melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.
Teknologi ramah lingkungan yang kian pesat membuat keberadaan nikel menjadi
sangat dibutuhkan oleh dunia. Kemampuan dan komitmen putra putri bangsa yang berkarya di sana menjadi gambaran kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
Acara Harita Nickel Goes to Campus ini disambut baik oleh perwakilan ITB, Muhammad Sonny Abfertiawan.
Menurut Sonny, kehadiran para praktisi di kampus sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang dunia kerja sebenarnya. Khusus masalah bahasan nikel yang diangkat dalam kuliah umum ini, menurut dia, sangat relevan dengan kondisi kekinian.
“Mahasiswa harus bisa menyadari tentang pentingnya nikel untuk kehidupan. Mereka bisa melakukan banyak riset dan inovasi untuk mengoptimalkan manfaat nikel yang menjadi salah satu sumber tambang unggulan Indonesia sesuai dengan harapan pemerintah dalam hal hilirasi,” ucap Sonny. Selain masalah teknis pertambangan dan teknologinya, mahasiswa juga diberikan gambaran karier di perusahaan nikel.
Dalam kuliah umum ini dibahas banyak hal tentang nikel dan pengembangannya di dunia, serta bagaimana peran Indonesia di dalamnya.
Mahasiswa diberikan pemahaman tentang industri nikel, termasuk proses produksinya, penggunaan utamanya dalam berbagai aplikasi, serta dampak ekonomi dan lingkungan yang terkait.
Mahasiswa juga memperoleh pemahaman tentang dimensi global dari industri nikel, termasuk perdagangan internasional, kebijakan energi, dan hubungan internasional.
“Saya mengikuti kuliah umum ini karena ingin mengetahui mengenai bagaimana proses kerja pertambangan nikel secara umum dan juga mengenai bagaimana pengolahan limbah cair dalam pertambangan nikel,” tutur Jesica Margaretha, mahasiswa Teknik Lingkungan ITB.
Sementara Marshal Zulkarnaen Hartono, mahasiswa Teknik Pertambangan ITB mengatakan bahwa ia ingin mengetahui kiprah apa yang telah dilakukan Harita untuk menyejahterakan masyarakat di sekitar site pertambangannya.
Secara umum, dari survei yang dilakukan kepada audiens, mahasiswa yang mengikuti acara ini berminat untuk mengetahui pengelolaan lingkungan sekitar area pertambangan, teknologi dalam penambangan nikel, masa depan industri nikel, keberlanjutan industri nikel, hingga mencari peluang untuk berkarier.
Selain kuliah umum, Harita Nickel juga membina kerja sama dengan perguruan tinggi dan sektor-sektor lain untuk mendorong hilirisasi dan pengembangan ekosistem industri yang lebih luas.
Kerja sama juga dilakukan dalam hal penelitian dan inovasi dalam industri nikel, termasuk pengembangan teknologi baru, pemrosesan yang lebih efisien, dan penggunaan yang lebih berkelanjutan.
Khususnya bagi mahasiswa, acara kuliah umum ini juga memberikan pengetahuan dasar yang berguna dalam pengembangan karier mereka.
Go Top