20 November 2024
Deru mesin alat berat menggema di area nursery atau kebun bibit PT Halmahera Persada Lygend (HPL), salah satu unit bisnis Harita Nickel yang beroperasi di Pulau Obi, Maluku Utara. Sebuah ekskavator terlihat bergerak perlahan, sementara bucket-nya sesekali mengayun untuk mengeruk gundukan tanah di depannya. Dari kejauhan, sekelompok orang memperhatikan dengan saksama. Tak lama, salah satu di antara mereka memberikan isyarat tegas kepada operator alat berat untuk menghentikan nyala mesinnya.
Pria yang memberikan isyarat itu adalah Irwan Tonny, Safety Trainer Supervisor HPL. Siang itu, Irwan tengah mengawasi jalannya pelatihan pengoperasian ekskavator yang diikuti oleh sejumlah karyawan non-skilled atau belum terlatih.
Pelatihan ini merupakan bagian dari Green Development Program (GDP), sebuah inisiatif yang digagas oleh tim Human Resources (HR) HPL bersama tim Safety Trainer–sebagai pengawas sekaligus pelatih di lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja non-skilled yang ada di perusahaan.
Nama Green Development Program dipilih sebagai simbol harapan dan pertumbuhan. Program ini dirancang khusus untuk memberdayakan karyawan yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan dengan memberikan pelatihan yang komprehensif.
“Program ini bukan sekadar pelatihan teknis yang memberikan pengetahuan dasar pada karyawan,” ujar Irwan. “Perusahaan ingin memastikan bahwa setiap peserta benar-benar mengerti pentingnya aspek keselamatan kerja serta memiliki kedisiplinan dan etos kerja tinggi. Mereka tidak hanya akan belajar mengendalikan mesin atau alat berat, tetapi juga belajar menjadi operator yang bertanggung jawab dan memprioritaskan keselamatan,” lanjutnya.
Sejak diluncurkan pada tahun 2019, GDP telah membuka peluang bagi ratusan tenaga kerja yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan khusus untuk berkembang dan berkontribusi di perusahaan. Tercatat hingga saat ini, lebih dari 600 karyawan telah mendapatkan upskilling atau peningkatan keterampilan melalui program ini. Mereka yang tergabung dalam program ini adalah karyawan terpilih yang dirasa memiliki potensi untuk berkembang dan ditunjuk oleh pimpinan masing-masing departemen. Mereka juga harus memiliki minimal satu tahun masa kerja dan memiliki kinerja yang baik.
GDP tidak hanya menyediakan pelatihan bagi operator ekskavator, tetapi juga sejumlah alat berat lainnya, termasuk wheel loader, overhead crane, dump truck, crane truck, forklift, serta berbagai alat berat lain yang digunakan di perusahaan.
Novar Rafdy Zul Ikram, HR Officer HPL yang terlibat dalam pengembangan program ini, menjelaskan tantangan yang dihadapi perusahaan sebelum inisiatif ini dilaksanakan. “Sebelumnya, kami harus mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, yang tidak hanya menambah biaya operasional, tetapi juga membawa tantangan lain, seperti kurangnya pemahaman tentang budaya dan area kerja,” ungkapnya.
Pelatihan dalam GDP dirancang sedemikian rupa agar peserta tidak hanya belajar tentang keterampilan teknis, seperti cara mengoperasikan alat berat, namun juga dibekali pemahaman mendalam tentang pentingnya mengikuti standar keselamatan kerja. Mulai dari pengenalan komponen alat berat dan fungsinya, engine system, teknik pengoperasian, serta Pemeriksaan dan Perawatan Harian (P2H) hingga basic safety.
“Keselamatan adalah prioritas utama kami,” tegas Irwan. “Kami ingin memastikan setiap orang bisa pulang ke rumah dengan selamat setiap harinya, tanpa cedera. Itulah sebabnya, kami selalu menekankan pentingnya prosedur keselamatan di setiap tahap pelatihan, dari dasar hingga pengoperasian di lapangan,” tuturnya.
Hasil dari program ini pun terlihat jelas. Sejumlah peserta yang awalnya tak memiliki latar belakang teknis kini berhasil menjadi operator yang mahir dan menjadi aset berharga bagi perusahaan. Bagi mereka, pelatihan ini bukan sekadar tentang menguasai teknik mengoperasikan mesin raksasa, tetapi juga kesempatan besar untuk meraih peluang kehidupan yang lebih baik.
“Menurut saya, program GDP ini bagus dan sangat membantu bagi kami. Selain menambah pengetahuan tentang cara mengoperasikan alat berat dan cara menanganinya di lapangan, kami juga bisa lebih mengembangkan potensi diri lewat program ini,” ujar Aswan Tidore, salah seorang karyawan jebolan GDP yang kini telah menjadi Foreman di departemen Produksi HPL.
Lebih lanjut, Aswan menceritakan bagaimana program ini melibatkan banyak karyawan dengan latar belakang yang beragam. Mulai dari mereka yang sudah punya sedikit pengalaman dasar hingga yang benar-benar awam di bidang ini. “Berkat program ini, kami jadi lebih percaya diri untuk terus berkembang dan bersaing di perusahaan,” tambahnya.
Keberhasilan GDP tidak hanya dirasakan oleh karyawan yang mengikuti pelatihan, tetapi juga oleh perusahaan. Program ini membantu HPL dalam efisiensi biaya operasional sekaligus meningkatkan loyalitas karyawan. “Ketika karyawan melihat perusahaan sungguh-sungguh peduli dan berinvestasi dalam pengembangan diri mereka, motivasi dan semangat kerja pun akan meningkat,” jelas Novar.
Melalui GDP, Harita Nickel tidak hanya sukses menciptakan tenaga kerja lokal yang semakin terampil dan andal, tetapi juga membuktikan bahwa perusahaan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan visi yang jelas dan dedikasi yang konsisten, Harita Nickel menunjukkan bahwa kesuksesan perusahaan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat, menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi semua pihak yang terlibat.
Go Top