20 June 2024
Pagi itu, Senin, 17 Juni 2024, hari kedua Iduladha 1445 H. Puluhan warga telah berkumpul di depan Masjid Al-Jami’ Desa Soligi, salah satu desa lingkar operasional Harita Nickel di Pulau Obi. Kedatangan mereka untuk menyaksikan prosesi penyembelihan hewan kurban yang dilakukan melalui sebuah ritual khusus.
Dua ekor kambing yang hendak dikurbankan, terlebih dahulu diberi asupan makanan terbaik berupa rumput dan dedaunan yang masih segar. Setelah cukup kenyang, kemudian dimandikan dan disemprot parfum. Lalu dipakaikan selayaknya baju pada bagian badan dan sorban di kepala. Seketika, kedua kambing itu telah tampil rapi dan wangi.
“Perlakuan yang penuh kasih sayang ini merupakan bentuk pemaknaan dari kasih sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya, Nabi Ismail,” ujar Ishak, imam masjid yang memimpin prosesi penyembelihan hewan kurban.
Ritual selanjutnya, dua ekor kambing yang telah dimanjakan dan didandani itu kemudian dibawa mengelilingi masjid sebanyak tiga kali. Para warga menyaksikan dengan penuh khidmat, sementara anak-anak tampak ikut mengitari masjid.
Setelah ritual kasih sayang dilakukan, kambing pun siap untuk dikurbankan. Ishak memimpin prosesi penyembelihan dengan penuh ketelitian. Hewan kurban ditutup matanya dengan kain kafan, sementara penyembelih menahan napas selama proses berlangsung.
Sebagai penutup, dengan duduk bersila di atas tikar, sang imam dan diikuti para warga memanjatkan doa secara khusuk hingga hewan tersebut benar-benar mati. Momen yang sakral ini mampu menyentuh hati setiap orang yang hadir.
“Begitulah leluhur kami melakukannya, jadi sekarang kami hanya perlu memeliharanya selama tidak melanggar norma agama,” Ishak menjelaskan.
Setelah prosesi penyembelihan, warga bergotong-royong mengolah daging kurban menjadi berbagai macam masakan yang nantinya akan dinikmati bersama.
Tak cukup sampai di situ, acara perayaan Iduladha di desa yang mayoritas warganya beragama muslim itu masih berlanjut. Pada malam harinya, mereka kembali berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan kesenian Ngibi yang digelar di halaman kantor desa. Tampak perwakilan dari Harita Nickel hadir dalam acara itu.
Kesenian Ngibi merupakan adat tradisional dari suku Buton, etnis mayoritas warga Soligi. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan diiringi alunan musik gong dan kendang tanpa lagu. Penari wanita memainkan Tari Cungka, diikuti oleh penari pria dengan gerakan Tari Ngibi. Perlu dicatat, saat melakukan tari Ngibi, penari pria tidak diperkenankan menyentuh penari wanita sebagai simbol penghormatan.
Tidak hanya tarian, pagelaran kesenian Ngibi tahun ini juga dimeriahkan dengan lomba pencak silat yang diikuti para pelajar dari tingkat SD hingga SMA. Kepala Desa Soligi, Madiasi La Siriali, mengatakan pelibatan warga dari usia pelajar ini untuk mengenalkan generasi muda terhadap tradisi para leluhurnya.
“Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Harita Nickel yang telah turut mendukung terselenggaranya acara ini, untuk mengenalkan tradisi leluhur kami kepada para generasi muda,” ungkapnya.
Malam itu, Desa Soligi diliputi kegembiraan. Semua warga dan perwakilan dari Harita Nickel larut dalam kebersamaan. Kehangatan dan kebersamaan inilah ruh dari perayaan Iduladha di Desa Soligi. Lebih dari sekedar pemotongan hewan, Iduladha menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan juga perusahaan.
Go Top