Trimegah Bangun Persada

News Detail

Mahasiswa IPB University Belajar Pertambangan Berkelanjutan di Program Harita Nickel Goes To Campus

01 June 2024

Di awal Juni 2024, Auditorium JH Hutasoit Fakultas Peternakan IPB University di Bogor dipadati oleh ratusan mahasiswa yang antusias mengikuti kuliah umum bertema pertambangan yang berwawasan lingkungan. Acara ini merupakan bagian dari program “Harita Nickel Goes To Campus” (HGTC) yang digagas oleh Harita Nickel, dan merupakan kampus keempat yang dikunjungi pada rangkaian ini. 

Direktur Health, Safety and Environment (HSE) Harita Nickel Ir. Tonny Gultom IPU.,ASEAN Eng. menjadi narasumber dalam kuliah umum yang berbalut talkshow dengan tema “Menambang Masa Depan: Nikel Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan untuk Indonesia” yang dipandu oleh Dosen Manajemen Sumber Daya Lahan IPB University Dr. Ir. Iskandar.

Tonny didampingi oleh Head of External Relations dari Harita Nickel Latif Supriadi, Green Mining Manager Dr. Retno Dewi Handayani S. S.Hut., M.Si, Marine Environmental Manager Windy Prayogo, S.Pi, dan Kepala Laboratorium Riset Unggulan dari IPB University Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc.

Mahasiswa IPB University Belajar Pertambangan Berkelanjutan di Program Harita Nickel Goes To Campus Sementara peserta kuliah umum terdiri dari mahasiswa IPB University yang berasal dari Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dengan total kehadiran sebanyak 229 mahasiswa.

Dalam kesempatan tersebut, Tonny menyampaikan Harita Nickel menempatkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) dalam tiap kegiatan operasionalnya. Dari sisi pengelolaan lingkungan, Tonny mencontohkan berbagai program reklamasi untuk mengembalikan fungsi ekologis pada area bekas tambang.

Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc., dari IPB University, menekankan pentingnya peran alumni IPB dalam industri pertambangan. Menurutnya, alumni dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pemberdayaan masyarakat, kehutanan, dan pemanfaatan lahan bekas tambang, sangat dibutuhkan di sektor ini.

Mahasiswa yang hadir dalam kuliah umum ini mengaku mendapatkan banyak wawasan baru. Niko Bakri, mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Departemen Silvikultur, menyatakan, “Saya banyak mendapatkan insight baru, bahwa dunia tambang tidak hanya untuk orang teknik pertambangan saja tetapi juga terbuka untuk mahasiswa dari Fakultas Kehutanan.”

Hal yang sama diutarakan oleh M. Faransani dari Fakultas Pertanian jurusan Manajemen Sumber Daya Lahan. “Saya ingin tahu bagaimana pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan, dan acara ini membuka wawasan baru bagi saya tentang reklamasi lahan dan sustainability,” ujar Faransani.

Untuk menjaga antusiasme para mahasiswa terhadap acara ini, Harita Nickel mengadakan beberapa kompetisi yang bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian IPB University yang sebagian terbuka untuk partisipasi publik. Terdapat tiga jenis kompetisi, yakni kompetisi infografis, produksi video kreatif dan esai.

Rangkaian kompetisi ini bertema “Peluang Kolaborasi Sektor Pertambangan Nikel dan Pertanian untuk Solusi Berkelanjutan” dan merupakan upaya menciptakan forum diskusi tentang potensi tambang nikel Indonesia yang berwawasan lingkungan. Sebanyak 57 mahasiswa yang ikut berpartisipasi mencurahkan ide-ide kreatif mereka, berlomba-lomba menampilkan yang terbaik dalam kompetisi ini.

“Selain reklamasi, kami juga melakukan revegetasi dan memanfaatkan lahan bekas tambang sebagai area pabrik,” ujar Tonny.

Harita Nickel juga berkomitmen menjaga kualitas air laut di sekitar operasional mereka dengan memantau kesehatan terumbu karang dan memasang terumbu karang buatan berbentuk reef cubes atau kubus berongga di laut Kawasi. Terumbu karang buatan tersebut ditempatkan sebagai tempat bertumbuh ikan dan biota laut agar keanekaragaman tetap terjaga.

Latif Supriadi menguraikan berbagai program pemberdayaan ekonomi yang dijalankan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, seperti Gerakan Kemandirian dan Penguatan Pelaku Usaha Desa (Gemar Papeda) dan Sentra Ketahanan Pangan Obi (Sentani). Program-program ini telah berhasil menciptakan 691 lapangan kerja dan membina 65 pemasok lokal serta 26 kelompok tani. “Jumlah karyawan di Pulau Obi mencapai sekitar 30 ribu orang, dengan nilai transaksi bulanan tertinggi mencapai Rp 13,2 miliar,” jelas Latif.

Go Top