Trimegah Bangun Persada

News Detail

Kelompok Tongke, Inisiatif Pelestarian Lingkungan Berbasis Masyarakat

12 May 2025

Di pesisir selatan Pulau Obi, tepatnya di Desa Soligi, sebuah kelompok masyarakat bernama Tongke (yang berarti “mangrove” atau “tanaman bakau” dalam bahasa setempat) sudah sejak lama merawat hutan mangrove yang tumbuh di sepanjang garis pantai desa mereka. Dibentuk secara swadaya pada 2019, kelompok ini lahir dari kesadaran masyarakat setempat terhadap pentingnya menjaga lingkungan menopang kehidupan mereka.

Kolaborasi yang terjalin dengan Harita Nickel dalam beberapa tahun terakhir telah memperkuat upaya konservasi tersebut. Sinergi antara kearifan lokal dan dukungan teknis dari perusahaan membawa harapan baru bagi keberlanjutan ekosistem pesisir dan komunitas yang menggantungkan hidupnya pada laut dan hutan bakau.

Desa Soligi memiliki garis pantai sepanjang 1,7 kilometer dan ekosistem mangrove seluas 23,01 hektare yang terdiri dari 12,98 hektare kawasan hutan lindung dan 10,03 hektare kawasan potensial. Mangrove di wilayah ini berperan penting sebagai penahan abrasi, habitat alami bagi biota laut, serta penyerap karbon yang mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Melihat nilai strategis ini, Harita Nickel menjalankan program konservasi mangrove sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Program ini menggunakan pendekatan partisipatif, dengan mengedepankan peran aktif masyarakat, khususnya kelompok Tongke, dalam setiap tahapan kegiatan.

Copy of mangrove 20 11zon

Sebagai mitra utama, kelompok Tongke mendapatkan berbagai bentuk pelatihan dan pembinaan, mulai dari pengenalan jenis-jenis mangrove, teknik pembibitan, penanaman berbasis karakteristik lahan, hingga monitoring dan evaluasi keberhasilan konservasi. Kegiatan ini dirancang agar anggota kelompok mampu mengelola ekosistem mangrove secara mandiri dan berkelanjutan.

Menurut Ifan Farianda, Community Development Manager Harita Nickel, “Kami ingin memastikan bahwa keberadaan perusahaan di tengah masyarakat juga membawa manfaat bagi lingkungan. Konservasi mangrove ini bukan hanya untuk hari ini, melainkan untuk generasi penerus Desa Soligi.”

Sepanjang tahun 2024, Harita Nickel bersama kelompok Tongke telah menanam 1.030 bibit mangrove dalam berbagai kegiatan bersama masyarakat, termasuk melibatkan pelajar, pemerintah desa, dan instansi pendidik seperti Universitas Khairun.

Jenis mangrove yang dibudidayakan meliputi Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa, yang dipilih berdasarkan kesesuaian ekologis dengan kondisi pesisir Desa Soligi. Bibit ditanam dan dirawat di fasilitas nursery yang berlokasi di Desa Soligi dan didukung penuh oleh perusahaan, guna memastikan tingkat keberhasilan konservasi dalam jangka panjang.

Tak berhenti di situ, kelompok Tongke juga telah mengembangkan usaha pembibitan mandiri. Di mana mereka memproduksi bibit mangrove berkualitas yang digunakan untuk penyulaman ataupun dijual sebagai produk lokal ke desa-desa lain di Pulau Obi.

Taher, Ketua Kelompok Tongke, menuturkan, “Melalui pelatihan ini, wawasan kami tentang mangrove semakin bertambah. Kami kini lebih memahami peran pentingnya dan lebih siap untuk menjaga hutan mangrove di desa kami.”

Harmin Muhammad, Ketua BPD Soligi, turut menyampaikan harapannya, “Kami berharap inisiatif Harita Nickel ini terus berlanjut, tidak hanya dalam konservasi mangrove, tetapi juga di bidang kesehatan, pendidikan, dan pertanian. Ini adalah awal dari perubahan yang lebih besar.”

Sebagai bagian dari komitmen yang lebih luas, Harita Nickel juga mengembangkan program konservasi serupa di luar Desa Soligi. Sejak 2021, lebih dari 67.000 bibit mangrove telah ditanam di area seluas 23,04 hektare yang tersebar di empat desa di Kabupaten Halmahera Selatan, termasuk di dalamnya Desa Soligi (Kecamatan Obi), Desa Awango dan Desa Belang-Belang (Kecamatan Bacan), serta Desa Guruapin (Kecamatan Kayoa). Pelaksanaan program ini melibatkan kolaborasi lintas sektor, termasuk perguruan tinggi, pemerintah desa, dan masyarakat lokal.

Di tengah perkembangan industri hilirisasi nikel di Pulau Obi, program konservasi mangrove ini menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak harus mengorbankan kelestarian alam. Dengan visi yang jelas, kemitraan yang kuat, dan komitmen yang konsisten, masa depan berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang sedang tumbuh.

Go Top