05 November 2024
Kegiatan pertambangan dan pengolahan bijih nikel yang dijalankan oleh Harita Nickel senantiasa mengedepankan aspek keamanan bagi lingkungan. Salah satunya adalah bagaimana memastikan air yang keluar dari area pertambangan tidak membahayakan bagi lingkungan dan ekosistem sekitar. Apalagi, area operasional perusahaan berbatasan langsung dengan wilayah perairan, yang menjadi tempat hidup berbagai biota laut serta menjadi sumber mata pencaharian nelayan lokal.
Untuk menjaga kualitas air yang keluar dari tambang, perusahaan telah menyediakan kolam pengendapan (settling pond). Totalnya ada 52 kolam, dengan rincian sebanyak 35 berada di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Trimegah Bangun Persada dan 17 sisanya berada di wilayah PT Gane Permai Sentosa. Dari jumlah itu, kolam terbesar berada di Tuguraci 2 dengan kapasitas penampungan air sebanyak 924.000m3.
Coba tebak berapa luas areanya? Bukan 1-2 hektar, tapi 43 hektar!
Muhamad Riftadi Hidayat, Senior Mine Hydrology Engineer PT Trimegah Bangun Persada Tbk, menjelaskan kolam pengendapan berperan penting dalam menangkap partikel-partikel sedimen yang berasal dari tanah, batuan, dan material lainnya yang tererosi oleh aktivitas penambangan. Partikel-partikel ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari lingkungan.
“Kolam-kolam pengendapan ini sangat penting bagi kami dalam upaya menjaga kebersihan dan keamanan air sebelum dilepaskan kembali ke badan air,” ujar Riftadi.
Dengan sistem yang telah dirancang dengan baik, settling pond memastikan bahwa air yang keluar telah melewati proses pengendapan yang efektif. Hal ini membantu memastikan bahwa air yang dilepaskan kembali ke badan air memiliki tingkat kejernihan yang tinggi dan memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengelolaan kolam settling pond di Harita Nickel mencakup berbagai aspek, termasuk pemantauan parameter kualitas air seperti pH dan Total Suspended Solids (TSS). Tim pemantauan dari berbagai unit bisnis Harita Nickel bertugas melakukan pemantauan harian untuk memastikan bahwa air yang dikelola memenuhi standar lingkungan yang ketat.
Sementara itu, Environmental Superintendent PT Halmahera Persada Lygend, Indra Maizar menjelaskan bahwa untukmemastikan kolam berfungsi optimal, perusahaan secara rutin melakukan pengerukan pada kolam-kolam yang endapannya telah mencapai 70 persen dari kapasitas masingmasing kompartemennya. “Bila pengendapan telah mencapai 80 persen dari kapasitas masing-masing kompartemennya, pasti kita perdalam kembali menggunakan alat berat,” ucap Indra.
Selain untuk mengantisipasi penurunan kapasitas akibat penumpukan sedimen, pengerukan juga penting untuk menjaga kejernihan air sebelum dilepaskan ke badan air, seperti hilir Sungai Todoku. “Kolam Tuguraci 2 juga mampu menampung debit air mulai dari 10.000 - 50.000 m3 per jam, bahkan dengan intensitas hujan yang tinggi,” ucap Indra.
Ia pun menambahkan bahwa fasilitas ini mempunyai waktu retensi hingga 10 - 15 jam lamanya, hingga air yang turun dari hulu, menjadi jernih dan dapat dirilis ke badan air yang telah ditentukan.
“Kolam-kolam ini adalah bukti nyata dari komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan sekitar tambang. Selain itu, ini adalah cara kami menerapkan salah satu nilai inti, Harita Nickel, yaitu Team Work atau Kerja Sama. Seluruh unit bisnis akan terus berupaya untuk memastikan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan sekitar wilayah operasional kita,” tutup Indra.
Go Top