03 August 2025
Harita Nickel sukses menggelar Latihan Tanggap Darurat Skala Besar atau Large Scale Exercise (LSE) pada 27-29 Juli 2025 di Site Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Mengusung tema "Pengelolaan Terintegrasi Bencana Alam dan Teknologi", kegiatan ini dirancang untuk menguji dan meningkatkan kapabilitas sistem tanggap darurat perusahaan dalam menghadapi skenario multi-bencana yang kompleks.
LSE terselenggara atas kerjasama strategis antara Harita Nickel dengan Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia, sebuah lembaga terkemuka yang kompeten dalam bidang manajemen risiko bencana.
Latihan ini melibatkan partisipasi aktif dari jajaran manajemen, tim tanggap darurat, serta sedikitnya 300 karyawan terlibat dari seluruh unit bisnis Harita Nickel di Site Obi. Turut hadir sebagai peninjau (observer) adalah perwakilan dari instansi pemerintah, antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, Dinas Kesehatan, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Halmahera Selatan, serta Pemerintah Desa Kawasi.
Skenario dalam pelatihan ini adalah gempa bumi berkekuatan tinggi yang memicu potensi tsunami, berdampak langsung pada sejumlah fasilitas vital perusahaan. Rangkaian latihan mencakup beberapa tahapan krusial, mulai dari aktivasi sistem peringatan dini, evakuasi massal ke titik kumpul aman, hingga simulasi penanganan korban.
Supriyanto Suwarno, Occupational Health and Safety Manager Harita Nickel, menekankan pentingnya kegiatan ini. "Pulau Obi memiliki pemandangan alam yang indah dan kaya sumber daya alam, tapi juga memiliki potensi bencana yang besar dengan dua sesar yang aktif. Sementara Harita Nickel memiliki investasi yang besar di sini, sehingga kita wajib melindungi seluruh aset: karyawan, fasilitas, serta keberlanjutan usaha dan komunitas sekitar sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan," ujarnya.
Menurut Supriyanto, LSE ini menjadi puncak dari serangkaian upaya mitigasi yang telah dilakukan. "Pelatihan ini krusial untuk meningkatkan kesiapsiagaan karyawan dan manajemen. Dari sini, kita bisa mengetahui di mana letak kekurangan yang perlu diperbaiki. Menurut informasi dari DRRC UI, ini adalah LSE yang paling besar dan kompleks yang pernah mereka fasilitasi, mengingat keterlibatan enam unit bisnis sekaligus," tambahnya.
Selama latihan berlangsung, seluruh elemen dalam struktur Incident Command System (ICS) diuji perannya. Mulai dari Crisis Management Team (CMT) terpadu yang terdiri dari pimpinan tiap unit bisnis, Incident Commander yang mengomandu tim tanggap darurat di tiap unit bisnis, juga aktivasi tim HAZMAT (Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun), tim medis, hingga koordinasi logistik darurat lintas unit bisnis.
Berdasarkan hasil evaluasi pasca-latihan yang dipimpin oleh Prof. Fatma Lestari, S.Si, M.Si, Ph.D., Kepala DRRC Universitas Indonesia, beberapa capaian positif berhasil dicatat antara lain: struktur dan alur komando ICS berjalan efektif, waktu evakuasi rata-rata di bawah 12 menit atau melampaui target yang ditetapkan (15 menit), dan respons tim di lapangan telah sesuai dengan standar prosedur. Selain itu, disampaikan pula beberapa hal yang perlu ditingkatkan, seperti penguatan kapasitas personel dan sistem komunikasi darurat.
“Menurut kami, kegiatan ini 90 persen berhasil. Adapun 10 persennya karena latihan, bukan dalam keadaan darurat yang sebenarnya,” ungkap Prof Fatma.
Langkah proaktif Harita Nickel mendapat apresiasi dari pemerintah daerah. Riski Triandini Ariesta, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Halmahera Selatan, yang hadir sebagai peninjau, menyambut baik inisiatif tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi langkah yang telah dilakukan Harita. Dunia usaha punya peran vital dalam penanggulangan bencana, karena ini adalah tanggung jawab bersama. Kabupaten Halmahera Selatan, berdasarkan kajian indeks risiko bencana, menempati urutan kedua tertinggi di Indonesia. Latihan seperti ini sangat penting agar setiap pihak tahu tugas dan tanggung jawabnya sehingga tidak panik saat bencana terjadi," jelas Riski.
Pihaknya berharap kolaborasi ini dapat berlanjut dan diperkuat dalam upaya penanggulangan bencana yang komprehensif.
Keberhasilan penyelenggaraan LSE ini menegaskan posisi Harita Nickel sebagai pelaku industri yang tidak hanya berfokus pada kinerja operasional, tetapi juga menempatkan aspek keselamatan, kesiapsiagaan, dan tanggung jawab sosial sebagai prioritas utamanya.
Go Top