23 April 2025
Sebagai pemasok bahan baku baterai kendaraan listrik, Harita Nickel sadar bahwa kontribusi pada transisi energi harus diimbangi operasional yang rendah emisi. Di Pulau Obi, unit PT Halmahera Persada Lygend (HPL) memanfaatkan sistem waste‑heat recovery atau pemulihan panas buang pada proses HPAL. Panas buang yang dulu terlepas kini diubah menjadi listrik setara 9 juta liter bensin per tahun dan memangkas 307.988 ton CO₂e.
Energi terbarukan diolah dari hal sederhana hingga skala industri. Setiap hari, Harita Nickel menyediakan konsumsi untuk sekitar 20.000 karyawannya, dan proses itu tentu saja menghasilkan minyak jelantah dalam jumlah besar. Minyak jelantah yang dihasilkan dapur untuk puluhan ribu karyawan ini disuling kembali sebagai bahan bakar alternatif smelter. Substitusi ini menggantikan 21 % kalori batubara dan memangkas konsumsi batubara sekitar 10 ton per hari. Direktur Health, Safety & Environment Harita Nickel, Tonny Gultom, menjelaskan bahwa program ini akan dioptimalkan ke lini operasional lainnya di masa mendatang.
Di kawasan industri Obi, Harita Nickel memasang panel surya untuk penerangan jalan, menghasilkan 98 gigajoule energi dan mengurangi emisi sebesar 42,83 ton CO₂e. Sejak 2023, biodiesel juga digunakan untuk kendaraan operasional dan pembangkit, menghasilkan 908.220 gigajoule energi dan menghindari emisi hingga 45.011 ton CO₂e.
Tonny menegaskan bahwa keberlanjutan adalah fondasi utama perusahaan. “Pertambangan yang bertanggung jawab harus membawa manfaat jangka panjang, tidak hanya secara ekonomi, tapi juga sosial dan ekologis,” jelas Tonny.
Komitmen Harita Nickel terhadap praktik yang bertanggung jawab tercermin dalam target emisi nol bersih pada 2060, sertifikasi ISO 14001 dan ISO 45001, serta proyek-proyek efisiensi energi lanjutan. Harita Nickel membuktikan peran strategisnya sebagai pelopor pertambangan berkelanjutan di Indonesia.
Go Top