Trimegah Bangun Persada

News Detail

Teknologi Pengendali Emisi Harita Nickel Jaga Kualitas Udara

02 June 2025

PT Obi Sinar Timur (OST), salah satu unit bisnis Harita Nickel, mengadopsi teknologi pengendali emisi untuk meminimalisir dampak operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap lingkungan di Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Upaya ini merupakan bagian penting dari komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.

Amiruddin, Deputy Head of Technical Support PT OST, mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan mengoperasikan pembangkit listrik dengan kapasitas total sebesar 910 MW dari total kapasitas terpasang 1.670 MW yang sebagian dari kapasitasnya masih dalam tahap konstruksi. Pembangkit ini terdiri atas satu unit dengan kapasitas sebesar 150 MW, dan empat unit masing-masing berkapasitas 380 MW.

“Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan udara, setiap unit telah dilengkapi dengan teknologi pengendalian emisi yang disesuaikan dengan karakteristik operasionalnya,” terangnya.

Amiruddin secara lebih rinci menjelaskan bahwa setiap cerobong pembangkit listrik dilengkapi dengan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) yang telah dikalibrasi. Peralatan ini menyediakan data real-time emisi, dengan parameter:  Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Merkuri (Hg), dan Partikel Debu. Sistem ini terhubung langsung dengan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Secara Terus Menerus (SISPEK) milik Kementerian Lingkungan Hidup.

Untuk menekan emisi nitrogen oksida, seluruh unit pembangkit dibekali burner berteknologi low- NOx, yang dirancang mengurangi pembentukan NOx sejak awal proses pembakaran dengan mengontrol suhu dan aliran udara secara presisi. Sementara itu, untuk menangkap partikel debu hasil pembakaran, gas buang terlebih dahulu dilewatkan melalui Electrostatic Precipitator (ESP), teknologi yang menggunakan medan listrik untuk menangkap partikel-partikel halus sehingga udara yang dilepaskan melalui cerobong memiliki kadar partikulat sangat rendah.

Pengendalian emisi sulfur dioksida (SO2) dilakukan dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kapasitas unit. Pada unit 150 MW, digunakan sistem injeksi batu kapur yang bereaksi langsung dengan gas SO₂ dalam tungku boiler. Sementara itu, untuk unit 380 MW, perusahaan menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD), yang dikenal sebagai salah satu metode paling efektif dalam mereduksi kandungan sulfur di gas buang industri berskala besar.

Amiruddin menegaskan bahwa seluruh proses pengendalian emisi tersebut dimonitor secara ketat menggunakan CEMS, yang mampu mendeteksi perubahan kadar emisi secara instan. “Dengan teknologi ini, kami dapat memastikan bahwa setiap emisi yang dilepaskan sudah memenuhi standar yang berlaku,” tambahnya.

Melalui pendekatan ini, Harita Nickel menunjukkan bahwa keberlangsungan industri tidak harus mengorbankan kualitas udara dan kesehatan lingkungan. Komitmen ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mendukung pengembangan hilirisasi nikel nasional yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Go Top