09 June 2025
Dalam industri pengolahan mineral, limbah kerap dianggap sebagai beban . Namun melalui program bertajuk Energizing Granular Activated Carbon (GAC) from Waste to Eco-Efficiency, Harita Nickel berhasil mengubah persepsi dengan inovasi yang menjadikan limbah karbon aktif sebagai sumber energi substitusi yang memiliki nilai efisiensi tinggi.
GAC sendiri berperan penting dalam proses pemurnian yang merupakan lanjutan proses dari High Pressure Acid Leaching (HPAL), teknologi yang digunakan untuk mengekstraksi nikel dan kobalt dari bijih laterit. “Bentuknya dari GAC adalah batok atau serat kelapa, yang akhirnya terbakar dan menjadi arang,” ucap Catur Prasetyo, Laboratory Staff Power Plant Harita Nickel.
Dalam proses ini, GAC digunakan untuk menghilangkan senyawa organik dan kontaminan dari larutan sulfat, sehingga meningkatkan nilai dari produk akhir dan melindungi peralatan dari potensi kerusakan akibat pengotor.
Setelah digunakan, GAC menjadi limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang jumlahnya bisa mencapai lebih dari 1.300 ton per tahun. Tantangan pun muncul: selain membutuhkan biaya besar untuk pengelolaan dan transportasi, penumpukan limbah ini juga berisiko bagi lingkungan dan keselamatan kerja.
“Ketimbang menjadi bahan sisa yang tidak bermanfaat, kami mencoba menghidupkan kembali GAC bekas ini melalui pembakaran yang terkontrol dan diuji hasil emisi pembakaran sesuai dengan standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 15 tahun 2019. Hasilnya luar biasa: tidak hanya menghasilkan panas yang bisa digunakan ulang, tetapi juga mengurangi volume limbah padat secara signifikan,” ujar Catur.
Proyek ini dijalankan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang ketat, dan bahkan turut ditandingkan di kompetisi internal Harita Continuous Improvement (HCI). "Pembakaran GAC bekas dilakukan dalam sistem tertutup di Power Plant. Panas yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar alternatif, menggantikan sebagian konsumsi batubara," jelas Catur.
Dengan metode ini, emisi karbon dapat ditekan, efisiensi energi meningkat, dan biaya operasional untuk pembuangan limbah bisa ditekan, sehingga menjadi nilai tambah dalam kegiatan operasional pengolahan mineral yang efisien.
“Limbah GAC memiliki potensi dijadikan bahan bakar alternatif karena memiliki kandungan kalori sebesar 5500 kalori per gram,” jelas Adrianus Adityawardana, Superintendent Power Plant Harita Nickel.
Lebih lanjut, Adrianus menyebut inovasi ini berpotensi direplikasi di berbagai unit operasional Harita Nickel. Langkah ini juga mempertegas kepemimpinan Harita dalam mendukung misi keberlanjutan industri nikel nasional, sejalan dengan penguatan hilirisasi berbasis inovasi hijau.
Di tengah meningkatnya tekanan terhadap industri ekstraktif untuk lebih peduli lingkungan, inisiatif semacam ini menjadi cerminan upaya untuk selalu berbenah. Bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga paradigma: bahwa limbah bukan akhir dari proses, melainkan awal dari peluang baru.
Go Top