14 December 2024
Melihat secara langsung kondisi pertambangan nikel yang dikelola oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, menjadi kebanggaan tersendiri. Betapa tidak, bijih nikel yang menjadi salah satu kekayaan sumber daya alam Indonesia, ditambang dan diolah secara langsung di lokasi asalnya menjadi feronikel serta Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat. Padahal dulu diekspor ke luar negeri dalam bentuk bijih nikel, sehingga Indonesia sering diolok-olok menjual tanah dan air dalam arti sebenarnya.
Di Pulau Obi hal itu tidak terjadi. Bijih nikel dalam bentuk saprolit diolah menjadi feronikel, sedangkan limonit yang memiliki kadar Nikel rendah diolah menjadi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Setelah penambangan bijih nikel selesai, lokasi bekas tambangnya direklamasi dengan baik seperti terlihat dari pertumbuhan vegetasi yang tumbuh normal. Sebagai orang dengan latar belakang ilmu tanah, saya sangat paham tidak mudah untuk menanam tanaman revegetasi pada tanah pucuk yang didominasi oleh besi oksida. Tanah semacam ini memiliki pH tinggi sekitar netral. Sepertinya bagus, tetapi dibalik pH-nya yang tinggi tersebut, tanah ini memiliki muatan netto positif dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang sangat rendah, sehingga kemampuannya menyerap hara dalam bentuk kation juga sangat rendah.
Selain itu jumlah Ca-dapat ditukar pada tanah ini lebih kecil dibandingkan dengan jumlah Mg-dapat ditukar, sehingga tanaman akan mengalami defisiensi Ca, yaitu unsur yang sangat diperlukan untuk perkembangan sel tanaman. Kondisi pertanaman di area reklamasi Harita Nickel menunjukkan bahwa sifat-sifat tanah semacam ini dapat diatasi dengan penggunaan kompos dosis tinggi, yaitu lebih dari 20 ton/ha.
Namun demikian meskipun sudah baik, untuk program revegetasi ke depan sangat disarankan agar kompos yang digunakan ditingkatkan kualitasnya terlebih dahulu dengan menambahkan FABA ((Fly Ash and Bottom Ash, yakni limbah abu sisa pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan perbandingan kompos:FABA 75:25 atau KomFABA 75:25.
Kompos memang sangat baik untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan meningkatkan KTK tanah. Akan tetapi kompos memiliki kadar hara yang rendah dan memerlukan waktu lama agar tersedia untuk tanaman, yaitu melalui proses dekomposisi. Oleh sebab itu, penambahan FABA dapat menjamin ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dalam waktu segera karena FABA mengandung berbagai hara dalam bentuk mudah larut. Penambahan FABA ke dalam kompos juga akan mengurangi tingkat defisiensi Ca pada tanaman.
KomFABA dapat juga dimanfaatkan di Agropark Salam Kawasi. Berbagai tanaman pangan seperti tomat, terong, jagung, cabe, dan lain-lain dapat ditanam di area ini sebagai percontohan sekaligus untuk membuktikan bahwa pangan yang dihasilkan di kawasan ini aman dikonsumsi, tentunya setelah dibuktikan dengan analisis di laboratorium.
Selain kondisi pertumbuhan tanaman di area reklamasi yang baik, keseriusan Harita Nickel dalam melakukan reklamasi juga terlihat dalam penyediaan berbagai macam bibit dengan jumlah melebihi kebutuhan revegetasi setiap tahunnya. Bibit-bibit ini disiapkan di area nursery yang dibangun secara modern. Kepedulian Harita Nickel terhadap lingkungan juga terlihat dalam menjaga erosi dan sedimentasi agar tetap terkendali dengan membangun settling ponds TG 1 dan TG 2 yang luas. Keberadaan settling ponds ini terbukti dapat menjaga pantai dan laut di sekitar Pulau Obi yang berhadapan langsung dengan area pertambangan agar tetap biru jernih. Juga keberadaan 2 coal domes yang sangat besar dapat menjaga kualitas udara agar bebas dari pencemaran debu batubara yang beterbangan.
Harita Nickel juga peduli dengan masyarakat sekitar dengan membangun area Kawasi Baru untuk permukiman warga asli Desa Kawasi. Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan untuk petani padi, pekebun, nelayan, serta pengusaha tahu, tempe, olahan pala, keripik pisang, dan lainnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Harita Nickel atas kesempatan mengunjungi Pulau Obi. Banyak pengalaman dan pengetahuan yang kami peroleh, yang tentunya akan kami tularkan kepada para mahasiswa kami di kampus IPB tercinta. Dari Obi untuk Kampus, untuk Indonesia dan untuk Dunia.
*Ditulis oleh Prof. Dr. Ir. Iskandar, Guru Besar pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Go Top