18 July 2023
Sahabat Harita patut berbangga. Hilirisasi terintegrasi yang dioperasikan PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel ternyata menarik perhatian para pelaku industri pertambangan dunia. Mereka penasaran dengan masifnya perkembangan hilirisasi nikel di Indonesia. Dan Harita Nickel adalah perusahaan pertama di Indonesia yang telah berhasil mengolah nikel kadar rendah menjadi bahan baterai kendaraan listrik.
Hal itu terungkap dalam World Mining Congress (WMC) ke-26 yang diselenggarakan di Kota Brisbane, Australia pada 26-29 Juni 2023 lalu. Acara 2-3 tahunan yang telah berlangsung lebih dari 60 tahun ini dihadiri para pakar dan korporasi pertambangan dari berbagai negara. Tema yang diusung pada kongres tahun ini Resourcing Tomorrow, Creating Value for Society.
Kehadiran Harita Nickel dalam forum itu sebagai bagian dari delegasi Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) untuk mengenalkan pertambangan Indonesia kepada dunia internasional.
Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny H Gultom, yang menjadi salah satu pembicara dalam sebuah sesi diskusi panel memaparkan hasil risetnya tentang produk Mixed Hydroxide Presipitate (MHP) yang telah dihasilkan Harita Nickel dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi.
Menurut Tonny, pertanyaan yang paling banyak diajukan para peserta kongres adalah terkait perkembangan industri hilirisasi nikel dan pemanfaatan mineral-mineral lainnya yang terkandung dalam nikel termasuk rencana pengembangannya.
“Jadi mereka itu banyak yang penasaran dengan begitu pesatnya industri hilirisasi nikel di Indonesia, dan khususnya untuk Harita Nickel karena ternyata telah berhasil memproduksi produk turunan nikel hingga Nikel Sulfat dan yang berikutnya Kobalt Sulfat,” ujar Tonny.
Dari ruang presentasi dan diskusi, beralih ke Exhibition Hall. Di sana terdapat puluhan booth dari berbagai delegasi. Salah satunya Perhapi, di mana Harita Nickel tergabung di dalamnya. Rupanya di booth ini pun tidak kalah seru. Lagi-lagi hilirisasi nikel menjadi bahasan yang paling banyak ditanyakan pengunjung.
Tonny menjelaskan bagaimana perusahaan yang awalnya hanya menambang nikel, kini telah berhasil membangun hilirisasi yang terintegrasi. Di mana seluruh perasionalnya dari hulu ke hilir berada dalam satu kawasan yakni Kawasan Industri Obi. Menurutnya konsep pertambangan yang terintegrasi secara vertikal memiliki banyak keuntungan.
Lebih lanjut, anggota dewan pakar Perhapi itu mengatakan bahwa konsep terintegrasi juga memberikan akses kemudahan dalam proses ekspor. Dengan fasilitas tersebut, produk yang akan diekspor dapat dilakukan secara langsung melalui akses terminal khusus yang telah mendapatkan izin pemerintah.
“Karena di lokasi penambangan dan industri hilirisasi PT TBP Tbk memiliki terminal khusus yang tentunya telah mendapatkan izin dari Pemerintah, maka petugas Bea dan Cukai yang berada di lokasi dapat melakukan penghitungan langsung atas nilai ekspor serta penghitungan pajaknya”, tambah Tonny.
Pertambangan terintegrasi PT TBP Tbk juga memungkinkan penghematan dari aspek pembiayaan, yakni biaya hauling dan freighting. Bisa dibayangkan, refinary ataupun smelter yang tidak memiliki suplai ore di sekitar pabrik, mereka harus menanggung biaya tinggi dari proses pengangkutan yang jumlahnya cukup besar.
“Dengan konsep terintegrasi ini, selain memberikan kepastian pasokan bijih nikel, juga mampu menghemat biaya pengangkutan serta meminimalkan jejak karbon yang ditinggalkan,” tegas Tonny, bahwa konsep terintegrasi juga turut berkontribusi dalam upaya mengendalikan dampak lingkungan.
Dalam kongres internasional tersebut juga berlangsung sejumlah diskusi yang membahas mengenai produk turunan tambang khususnya nikel dalam nilai rantai pasok yang berkelanjutan.
Itulah sekelumit cerita menarik dari Brisbane, Australia, menjadi bagian dari perjalanan Harita Nickel membangun Indonesia dari Pulau Obi.[]
Go Top