13 July 2023
THINK before sharing menjadi prinsip dasar bagi setiap Insan Harita dalam bermedia sosial. Sebelum membagikan informasi, kita perlu mengujinya dengan beberapa pertanyaan. Apakah informasi yang akan kita bagikan benar (Truth), berguna (Helpful), menginspirasi (Inspiring), perlu (Necessary) dan baik (Kind).
Contohnya terkait peristiwa meluapnya aliran Todoku ke permukiman warga Desa Kawasi pada Jumat, 16 Juni 2023 lalu yang ramai beredar di media sosial dan juga diberitakan sejumlah media online. Dari informasi yang beredar itu, Harita Nickel selaku pemilik IUP melalui PT Trimegah Bangun Perada (PT TBP) di mana aliran Todoku berasal, dituding menjadi penyebab banjir di Desa Kawasi.
Apakah informasi itu benar adanya? Yuk kita cari tahu dari sumber yang kompeten, yang memang tahu persis situasinya di lapangan.
Kepala Teknik Tambang PT TBP, Primus Priyanto memberikan penjelasan terkait hal tersebut. Menurutnya luapan air dari aliran Todoku ke permukiman warga bukan disebabkan aktivitas pertambangan, melainkan akibat curah hujan yang tinggi.
Penjelasan ini didukung dengan data dari hasil pemantauan curah hujan di lima stasiun pengamatan yang telah disiapkan perusahaan. Datanya, curah hujan pada saat kejadian yakni Jumat (16/6/2023) melebihi 100 mm per hari atau termasuk kategori sangat lebat. Bahkan ada satu titik mencapai 182 mm per hari yang masuk kriteria hujan ekstrem.
Luapan air ke sebagian kecil permukiman warga dengan ketinggian 40 cm, yang ironisnya diberitakan sebagai banjir bandang, berasal dari tiga titik aliran Todoku. Yakni di jembatan pos elang, titik yang belum dibuatkan tanggul karena menjadi akses warga ke permukiman, dan di jembatan pos merah. Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air di aliran Todoku bertambah dan meluap di tiga titik tersebut.
Terkait tanggul yang diberitakan jebol, dari pihak perusahaan telah membuat tanggul di sepanjang aliran Todoku yang berada di belakang perkampungan warga. Tanggul ini semuanya dalam kondisi baik. Sementara pada titik terjadinya luapan memang belum dibuatkan tanggul karena digunakan sebagai akses warga.
Jadi bisa ditegaskan, bahwa perusahaan telah melakukan upaya penanggulangan sebelum perstiwa 16 Juni 2023 terjadi. Selain membuatkan tanggul, perusahaan juga telah membuat kolam pengendapan dan pelebaran aliran Todoku yang semula 5-7 meter menjadi 17-20 meter.
“Pasca peristiwa itu, kita juga tidak tinggal diam. Sampai saat ini, perbaikan sementara jembatan pos elang sudah selesai. Selanjutnya akan dilakukan perbaikan jembatan secara permanen dan pelebaran DAS aliran Todoku,” terangnya.
Perusahaan juga akan melakukan pelebaran jembatan pos buaya yang mengarah ke muara Todoku. Dengan perbaikan jembatan dan pelebaran DAS Todoku, diharapkan kejadian serupa bisa diantisipasi.
Dapat disampaikan juga, genangan air setinggi 40 cm ke sebagian kecil perkampungan warga itu juga tak berlangsung lama. Keesokan harinya yakni pada Sabtu pagi (17/6/2023) setelah sore jelang petang hari sebelumnya luapan air Todoku sampai ke permukiman, aktivitas warga sudah kembali normal.
Oh ya, soal meluapnya aliran Todoku ke perkampungan di Desa Kawasi, ternyata bukan kali pertama terjadi. Menurut Kepala Desa Kawasi, Arifin Saroa, banjir sudah beberapa kali terjadi bahkan sejak sebelum ada aktivitas perusahaan. Penyebabnya curah hujan yang tinggi dari dataran yang lebih tinggi ke permukiman warga yang secara kontur permukaan lebih rendah.
Itulah penjelasan soal meluapnya aliran Todoku ke permukiman warga Kawasi bulan lalu. Jadi sekali lagi, setiap informasi bisa kita kroscek dulu kebenarannya ke pihak-pihak yang berkompeten.
Go Top