Trimegah Bangun Persada

News Detail

Rumah Belajar Simore: Tumbuhkan Budaya Literasi Anak Obi dengan Cara yang Menyenangkan

05 April 2025

Sebuah rumah bercat merah berdiri kokoh di tengah perkampungan pesisir Desa Gambaru, Kecamatan Obi Selatan. Ukurannya tak besar, tapi cukup mencolok di antara rumah lain di sekitarnya. Rumah Belajar Simore, begitu tulisan di papan kayu yang berada di halaman depan. Dalam bahasa lokal, Simore berarti “ceria”–sebuah nama yang mencerminkan suasana belajar menyenangkan yang ingin diciptakan di tempat ini.

Rumah Belajar Simore merupakan inisiatif Harita Nickel yang diresmikan pada tahun 2024 sebagai bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di bidang pendidikan. Bekerja sama dengan Pemerintah Desa Gambaru dan PAUD setempat, program ini bertujuan menyediakan pendidikan informal yang nyaman bagi anak-anak, pelajar, dan masyarakat sekitar. Fokus utamanya adalah meningkatkan minat serta keterampilan membaca, khususnya bagi anak usia sekolah yang belum bisa membaca dengan lancar.

Rumah belajar simore obi

Lingkungan belajar yang nyaman tanpa tekanan akademik, agar anak-anak bisa belajar dengan lebih menyenangkan

Setiap sore, Rumah Belajar Simore menjadi tempat yang ramai oleh tawa dan suara anak-anak yang antusias berlatih membaca. Mereka mengikuti kegiatan membaca dan mengeja kata-kata dengan bimbingan para pengajar. Masni Hanafi, salah seorang relawan pengajar sesekali terlihat membantu anak-anak yang masih kesulitan dan membimbing mereka agar lebih percaya diri dalam membaca.

“Di sini kami mengajar anak-anak yang belum bisa baca tulis. Kami juga membacakan dongeng untuk mereka dan meminta mereka menceritakan kembali cerita yang sudah didengar,” ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai guru PAUD itu.

Rumah Belajar Simore bukan sekadar tempat belajar biasa. Di rak-rak kayu yang berjajar di sepanjang dinding, tersedia berbagai buku, mulai dari buku pelajaran hingga dongeng bergambar. Selain itu, ada juga permainan edukatif yang membantu anak-anak mengenal angka dan huruf dengan cara yang lebih seru dan interaktif.

Fahwa Lerebulan, siswi kelas empat SD Negeri 201 Halmahera Selatan, menjadi salah satu anak yang antusias datang ke rumah belajar ini. “Seru, ada banyak buku jadi bisa belajar sambil bermain,” katanya. Tak hanya anak-anak, para ibu rumah tangga pun kerap datang untuk membaca atau sekadar menemani anak mereka belajar.

Kehadiran Rumah Belajar Simore tidak hanya berdampak pada anak-anak, tetapi juga dirasakan oleh para orang tua. Hamsiah Drakel, salah satu ibu di Desa Gambaru, melihat sendiri bagaimana rumah belajar ini membawa perubahan bagi anak-anak. Jika sebelumnya mereka masih kesulitan membaca, kini perlahan mulai berkembang. 

“Setiap sore anak-anak di sini datang dengan hati senang. Mereka tidak hanya membaca, tapi juga bermain setelahnya. Saya bisa melihat kegembiraan mereka setiap sore, rasanya seperti stres mereka di rumah hilang ketika belajar dan bermain di sini,” tuturnya.

Rumah belajar simore gambaru

Sesi belajar dirancang menyenangkan dan interaktif, untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif bagi anak-anak lokal di Pulau Obi.

Sementara itu, Karina Austrina Putri, Community Development Supervisor Harita Nickel, mengatakan bahwa program ini lahir dari keprihatinan terhadap rendahnya minat baca anak-anak. “Kami ingin menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, tanpa tekanan akademik yang berlebihan,” ujarnya.

Menurutnya, kunci utama adalah menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku terlebih dahulu. “Ketika mereka sudah suka membaca, barulah kami bisa secara perlahan meningkatkan literasi mereka. Rumah Belajar Simore hadir bukan hanya sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai ruang bermain dan berbagi kebahagiaan,” tambahnya.

Sejak didirikan Rumah Belajar Simore telah memberikan manfaat bagi 73 anak yang kini semakin percaya diri dalam membaca. Keberhasilan ini menjadi dorongan bagi Harita Nickel untuk terus mengembangkan program tersebut.

Ke depan, Harita Nickel berencana untuk menambah koleksi buku dan permainan edukatif serta mengadakan sesi mendongeng, bedah film, hingga pelatihan bagi para relawan pengajar. Harapannya, inisiatif ini bisa direplikasi ke desa-desa lain sehingga semakin banyak anak mendapat kesempatan belajar dengan cara yang menyenangkan.




Go Top