Trimegah Bangun Persada

News Detail

Gandeng Komunitas Lokal, Harita Nickel Wujudkan Pulau Obi Bebas AIDS

11 December 2023

Perusahaan pengolahan nikel terintegrasi, Harita Nickel berkomitmen menjaga kesehatan masyarakat khususnya di sekitar area operasional Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Salah satunya dengan mendukung  target pemerintah menuju Indonesia bebas AIDS pada tahun 2030. 

Dengan menggandeng komunitas lokal, perusahaan optimistis bisa memutus rantai penyebaran virus mematikan itu di lingkar operasionalnya di Pulau Obi.

Panji Setyadi, Community Development Superintendent Harita Nickel, mengatakan upaya pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak saja, tapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Menurutnya semangat ini sesuai dengan tema peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2023 “Bergerak bersama komunitas akhiri AIDS 2030”.

“Karena itu di sini kami hadirkan dari pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan, para pemuda, kelompok beresiko, dan juga ODHA untuk memberikan testimoni,” ucapnya, di sela acara sosialisasi yang digelar di Puskesmas Pembantu, permukiman baru Desa Kawasi, Jumat (8/12/2023) lalu.

Sosialisasi aids

dr Stephen Valentino, dokter site Harita Nickel, sedang memberikan penjelasan mengenai penularan HIV AIDS dan cara pencegahannya

Panji melanjutkan, sosialisasi yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Aids beberapa hari lalu itu sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Pihaknya menyadari hadirnya industri di Pulau Obi menjadi tujuan para warga pendatang dari berbagai daerah untuk mengadu nasib. 

“Kami berharap melalui program penyuluhan ini, warga dan kelompok yang berisiko lebih waspada terhadap penularan virus HIV dan penyakit menular seksual lainnya sehingga kasus di Desa Kawasi bisa nol,” lanjutnya.

Husein Al Hadar, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, mengungkapkan peningkatan kasus HIV/AIDS di daerahnya dalam tiga tahun terakhir. Diterangkan, dari tahun 2020 hingga tahun 2022, tercatat sebanyak 88 kasus. Data terakhir, pada Juni 2023 terdapat penambahan sebanyak 22 kasus. 

Merespons hal tersebut, imbuhnya, pemerintah daerah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya Aids dan langkah pencegahannya melalui berbagai media. Selain itu, pihaknya juga proaktif dengan melakukan sidak dan tes pemeriksaan di sejumlah tempat hiburan malam.

Lebih lanjut, Husein menyinggung kondisi Desa Kawasi yang rentan akibat massifnya perkembangan industri. Menurutnya desa yang dulu sepi sekarang menjadi sangat padat, bahkan lebih ramai dari Labuha sebagai ibu kota kabupaten. Hal ini menjadi peluang dan juga ancaman, salah satunya penyebaran Aids.

“Kami bersyukur perusahaan menyelenggaran kegiatan ini karena untuk kebaikan bersama. Bukan untuk kelompok beresiko saja, tapi juga untuk seluruh masyarakat agar lebih aware terhadap bahaya HIV-AIDS dan apa yang bisa dilakukan untuk pencegahannya,” terangnya, meminta agar kegiatan dapat terus berlanjut.

Sosialisasi aids di kawasi

Zulfandi, ODHA yang saat ini aktif memberikan sosialisasi pencegahan HIV AIDS, mengajak para remaja di Desa Kawasi untuk menghindari pergaulan bebas

Sosialisasi digelar dalam dua sesi dengan target audiens yang berbeda. Pada sesi pertama, dihadiri puluhan pelajar SMA untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka terhadap bahaya HIV. Kemudian di sesi kedua, melibatkan 57 pekerja hiburan malam sebagai kelompok yang paling berisiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) khususnya HIV. Usai penyuluhan, kelompok beresiko mengikuti tes pemeriksaan yang dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan. 

Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, perusahaan juga menghadirkan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk membagikan pengalamannya. Zulfandi, ODHA yang saat ini aktif di LKS Nyinga Rimoi Kota Ternate, mengatakan kasus HIV-AIDS ibarat fenomena gunung es. Di balik satu kasus positif, katanya, terdapat 100 orang di belakangnya yang menderita atau berpotensi tertular HIV.

Berdasar pengalamannya, Zulfandi yang dinyatakan positif saat kelas 1 SMA, mengatakan remaja sebagai kelompok yang paling rentan tertular. Hal ini karena remaja sebagai pribadi yang sedang mencari identitas, penasaran untuk mencoba hal baru. 

“Yang bisa menjaga diri kalian itu cuma kalian sendiri. Orang tua cuma bisa mengawasi kalian di rumah, guru memfasilitasi di sekolah. Sebaliknya, para orang tua juga jangan terlalu membatasi anak-anaknya. Tapi berikan kelonggaran dan mereka tanggungjawab,” ucapnya di hadapan para siswa SMA dan perwakilan warga. [IC]

Go Top