05 December 2023
Kehadiran industri hilirisasi nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara telah memberikan dampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat lokal. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor hilirisasi berkontribusi besar terhadap capaian Maluku Utara sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada triwulan II tahun 2023.
Di tengah geliat industri hilirisasi baterai kendaraan listrik tersebut, muncul inisiatif untuk melestarikan kesenian tradisional sebagai upaya untuk menjaga kearifan sosial budaya masyarakat lokal. Salah satunya dilakukan oleh perusahaan hilirisasi nikel terintegrasi, Harita Nickel yang baru-baru ini menggelar festival kesenian tari cakalele di Desa Kawasi, desa lingkar operasionalnya di Pulau Obi.
Apolinavis F Mbata, Community Relation Manager Harita Nickel, mengatakan festival kesenian tari cakalele merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk berperan aktif dalam melestarikan tradisi masyarakat lokal. Menurutnya kegiatan ini telah rutin dilakukan oleh perusahaan berkolaborasi dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat.
“Tidak hanya sektor ekonomi saja, perusahaan juga memiliki perhatian yang besar terhadap keberlanjutan kesenian tradisional sebagai cermin kearifan masyarakat lokal. Kami berharap festival kesenian ini dapat menjadi platform, khususnya bagi generasi muda untuk belajar dan mengapresiasi warisan leluhurnya,” terang Navis.
Inisiatif Harita Nickel mendukung upaya pelestarian kesenian tradisional mendapat apresiasi positif dari tokoh masyarakat di Pulau Obi. Pdt Edy Karamaha, Ketua Ikatan Keluarga Tobelo-Galela Kabupaten Halmahera Selatan yang juga menjadi salah satu juri dalam festival, mengatakan dukungan perusahaan tersebut sangat berarti bagi keberlanjutan tradisi masyarakat Tobelo dan juga etnis lain yang telah turun temurun menetap di Pulau Obi.
“Kolaborasi perusahaan dengan masyarakat lokal untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal ini perlu terus dipertahankan. Semoga melalui kegiatan seperti ini, hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan perusahaan dapat terjaga dengan baik,” ujar Edy.
Sementara itu, dari pantauan di lapangan, festival tari cakalele berlangsung sangat meriah. Ratusan warga dari berbagai usia memadati halaman kantor desa. Mereka rela berdesak-desakan untuk menyaksikan penampilan para peserta menunjukkan kepiawaiannya dalam menari.
Sebanyak 18 peserta yang terdiri dari kategori individu, kelompok, anak-anak dan dewasa tampil secara bergantian. Diiringi alunan suara gong dan tifa dalam ritme yang cepat, mereka menari penuh semangat dengan memainkan parang, tombak dan salawaku. Menurut catatan sejarah, Cakalele merupakan tarian perang masyarakat Maluku untuk mengusir penjajah.
Berbeda dari tahun sebelumnya, festival kali ini diadakan di permukiman baru Desa Kawasi. Permukiman baru ini merupakan program pemerintah daerah dengan difasilitasi Harita Nickel untuk menyediakan hunian yang layak bagi warga setempat. Di sini telah dilengkapi fasilitas publik seperti kantor pemerintahan desa, pusat layanan kesehatan, gedung sekolah, tempat ibadah serta akses air bersih dan listrik 24 jam.
Sejauh ini, sebagian warga telah mulai beraktivitas di permukiman baru. Dari 259 unit rumah yang telah siap huni, sedikitnya 50 rumah telah ditempati warga. Tak cukup itu, pemerintah desa pun telah mulai berkantor di sana. Sejak September lalu, aktivitas belajar siswa SMP dan SMA juga telah dipindahkan ke permukiman baru.
Meski sebagian warga masih bertahan di permukiman lama, namun semuanya tampak guyub memeriahkan agenda tahunan perusahaan dan masyarakat yang pada tahun ini digelar di permukiman baru.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kawasi, Reinhard Siar, membenarkan sebagian warga telah menempati permukiman baru. Dia berharap warga yang masih bertahan di permukiman lama dapat segera menempati bangunan rumah yang telah disediakan. “Semoga warga yang lain bisa segera menyusul, karena fasilitas di permukiman baru lebih lengkap dan sudah siap ditempati,” terangnya.****
Go Top