Trimegah Bangun Persada

News Detail

Windy Ashari - Srikandi Pendamping Warga Lingkar Tambang

25 December 2022

Matahari menyingsing dari ufuk timur. Menimbulkan efek kemerah-merahan pada langit pagi itu. Pagi itu, di site Obi, Pulau Obi, Halmahera Selatan tempat Harita Nickel beroperasi.  Seorang wanita berkacamata tampak berjalan keluar dari area mess PT Megah Surya Pertiwi (MSP). Beseragam rapi, matanya menatap langit pagi itu dengan penuh harap bahwa apa yang ia kerjakan hari ini dapat menjadi warisan berharga nantinya.

Windy Ashari nama sosok perempuan tersebut. Ia adalah sosok tangguh yang berada di balik pemberdayaan masyarakat desa di lingkar tambang Harita Nickel dalam sektor usaha kecil. Keberadaannya memegang peranan krusial untuk membantu masyarakat lebih berdaya dan mandiri secara ekonomi. Salah satunya, melalui program pendampingan yang telah ia lakukan bersama dengan rekan-rekan satu departemennya. 

Wanita kelahiran Banyuwangi 30 Oktober 1993 itu telah meniti karir di Harita Nickel sejak September 2019 lalu. Ia tergabung di departemen Community Development dan menjabat sebagai Small & Medium Enterprise Foreman. Salah satu tugasnya adalah turut serta dalam program Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) yang dilakukan oleh perusahaan.

Bagi Windy, suatu kebanggaan dapat berkarya di Harita Nickel. Terlebih sebagai perempuan ia juga ikut berkontribusi memberdayakan perempuan lainnya yang ada di desa. Sosoknya memang sejak lama tertarik dengan dunia pengabdian masyarakat. Melalui karirnya saat ini, ia dapat belajar serta membantu mengembangkan potensi warga lokal.

Selain itu, wanita yang memiliki hobi membaca buku ini juga sejak awal mendambakan pekerjaan yang berada di luar pulau asalnya, Jawa. Tak heran jika kemudian Windy sangat nyaman mengabdikan dirinya berkarir di Pulau Obi. Menurutnya, berkarir di luar Pulau Jawa dapat memberikannya banyak pelajaran sekaligus wawasan terkait budaya dan keberagaman.

Hasil Dampingan Cetak Omset Hingga Ratusan Juta

Windy pun kini cukup berbangga. Pasalnya, jerih payahnya untuk melakukan pendampingan sudah menunjukkan hasil. Dari pendampingan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Kawasi telah mendongkrak penghasilan dari warga sekitar. 

Untuk produk keripik pisang, misalnya, omset yang diperoleh mencapai Rp 15 - 20 juta per bulannya. Selain itu, Windy juga menjelaskan bahwa perusahaan juga memiliki kelompok binaan minimarket, Hopmart, yang ikut berperan dalam proses pendistribusian produk UMKM Desa Kawasi di kalangan karyawan. 

Omsetnya sendiri dapat mencapai Rp 170 - 200 juta per bulan. Lalu ada juga Nyala Cafe, salah satu spot nongkrong favorit karyawan Harita Nickel yang dikelola oleh UMKM dan anggotanya terdiri dari kaum ibu di Desa Kawasi. Omset dari Nyala Cafe sendiri dapat mencapai Rp 15 - 20 juta tiap bulannya. Tentu dengan perolehan omset tersebut, banyak warga yang telah terbantu ekonominya berkat keberadaan perusahaan. 

Bahkan kini beberapa UMKM binaan Harita Nickel telah memiliki karyawan sehingga selain membantu perekonomian, hal ini juga telah berperan dalam ketersediaan lapangan kerja bagi warga desa. 

Windy pun kian semangat. Jerih payahnya melakukan pendampingan tidak sia-sia. Selanjutnya, ia berharap ragam upaya yang telah ia lakukan bersama dengan tim Community Development Harita Nickel dapat menjadi program yang berkelanjutan di masa mendatang.

“Harapan kami ke depannya, warga dapat terus mengembangkan potensi lokal daerah mereka bahkan ketika perusahaan sudah tidak beroperasi lagi nanti,” kata Windy.

Ia juga berharap program-program yang sudah diadakan oleh perusahaan dapat memberikan dampak kemajuan dalam bidang kewirausahaan serta mendorong warga dapat membangun jaringan bisnis yang lebih luas. Lebih jauh, Windy juga berkeinginan kelak warga yang berada di lingkar tambang dapat menjadi role model bagi seluruh masyarakat yang ada di Pulau Obi.*

1 2

Manfaatkan potensi lokal di lingkar tambang

Menurut Windy, community development lahir dari potensi lokal yang ada di suatu daerah yang dapat dikembangkan agar memiliki nilai ekonomis. Di Desa Kawasi, tempat Harita Nickel beroperasi misalnya, pisang merupakan salah satu potensi lokal daerah tersebut yang belum banyak dimanfaatkan oleh warga.

Melalui program dari Community Development, pisang yang ada di Desa Kawasi disulap menjadi keripik yang kemudian penjualannya dapat didistribusikan ke perusahaan. Hal ini terbukti telah membantu menopang perekonomian ibu-ibu rumah tangga yang ada di Kawasi. Setidaknya terdapat belasan ibu-ibu yang merasa terbantu dengan program pendampingan produksi keripik pisang ini. 

Selain Desa Kawasi, pemberdayaan perempuan dalam sektor ekonomi juga dilakukan oleh Windy bersama tim Community Development di desa lain. Seperti Desa Soligi yang memanfaatkan kedelai sebagai potensi lokal untuk ditingkatkan nilai ekonomisnya. Hal ini didasari dengan latar belakang Soligi yang memiliki tingkat kesuburan tanah cukup baik dan cocok ditanami kedelai. Selain itu, ketergantungan perusahaan terhadap produk akhir kedelai seperti tahu dan tempe juga terbilang cukup tinggi.

Peluang tersebutlah yang kemudian dilihat Windy sebagai kesempatan emas untuk memberdayakan perempuan di Desa Soligi. Selain diajari cara memproduksi tahu dan tempe, mereka juga didampingi cara menanam sejak awal. Melalui pemberdayaan tersebut, Windy dan tim Community Development Harita Nickel telah berhasil membantu banyak ibu rumah tangga agar lebih mandiri secara ekonomi.

Meskipun Windy mencintai profesinya saat ini, namun ia mengakui juga bahwa sesekali menemui berbagai tantangan dan kendala. Salah satunya adalah lokasi Pulau Obi yang cukup jauh membuat akses distribusi barang menjadi cukup sulit. Tak jarang hal ini memakan waktu bahkan membuat kualitas produk menurun akibat perjalanan yang cukup panjang.

Namun berkat keberadaan perusahaan yang memiliki ribuan karyawan membuat distribusi produk warga lokal terasa lebih mudah. Seluruh produk yang diproduksi oleh warga dapat disalurkan langsung ke perusahaan dengan mengikuti standar kualitas yang sudah ditentukan.*


Go Top