27 July 2019
Harita Nickel Division mengajak 16 warga yang berasal dari Desa Kawasi dan Desa Soligi Pulau Obi melakukan studi banding ke lokasi tambang Sulawesi Utara.
Kegiatan yang berlangsung sejak Sabtu (27/7) hingga Rabu (31/7) di lokasi tambang PT Newmonth Minahasa Raya (NMR) itu bertujuan mempelajari bentuk tanggung jawab lingkungan dan sosial PT NMR setelah Kontrak Karya perusahaan tersebut berakhir pada 2016 lalu.
Para peserta studi banding ini bisa melihat secara langsung kondisi lingkungan sekitar tambang setelah PT NMR berhenti beroperasi. Mereka juga bisa bertanya kepada warga desa setempat terkait kondisi sebelum dan sesudah adanya perusahaan yang memproduksi emas tersebut. Dalam kunjungan ke Pantai Lakban, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara misalnya, peserta studi banding berbincang langsung dengan seorang warga bernama Rahima Jumadi. Rahima menceritakan kondisi pascatambang PT NMR di daerah tempat ia tinggal.
“Kehidupan sekarang di sini baik-baik saja. Nelayan masih tetap bisa mencari ikan di laut dan hasilnya juga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Rahima. Menurutnya pula perusahaan banyak membantu warga pesisir dengan beragam bantuan seperti mesin, alat-alat penangkap ikan hingga pemberian modal usaha. “Setelah selesai Newmont, bahkan kita sudah bisa beli mobil untuk mengantarkan ikan,” jelas Rahima yang hasil tangkapan ikannya siang itu diolah dan disajikan untuk para peserta studi banding.
Masih melimpahnya ikan di kawasan tersebut bukanlah satu-satunya bukti bahwa pascatambang PT NMR berlangsung secara bertanggung jawab. Tak jauh dari kediaman Rahima, para peserta dapat menikmati indahnya lokasi wisata Pantai Lakban yang dibina oleh PT NMR. Pantai ini menawarkan pemandangan yang memukau dengan pasirnya yang putih bersih, ombaknya yang tenang dan silir anginnya yang menyejukkan. Banyaknya pengunjung di sana menjadi berkah bagi warga setempat yang membuka beragam usaha kuliner. Tidak tampak kerusakan apa pun di daerah ini meski dulunya merupakan salah satu kawasan operasional pertambangan PT NMR.
Studi banding terasa belum lengkap tanpa melihat langsung lokasi bekas galian PT NMR. Oleh karena itu, para peserta pun diajak mengunjungi sebuah dataran tinggi yang dulunya menjadi tempat PT NMR menambang emas. Alih-alih menemukan kerusakan lingkungan, para peserta justru disajikan perbukitan yang hijau dan asri. Terdapat berbagai macam flora dan fauna yang lestari di sana. Maka tak heran jika akhirnya lokasi ini dijadikan konservasi alam bernama Kebun Raya Megawati Soekarnoputri. Hal tersebut membuktikan bahwa proses reklamasi yang dilakukan oleh PT NMR berjalan dengan baik sehingga tidak meninggalkan kerusakan setelah berakhirnya pertambangan.
Seorang peserta studi banding dari Desa Kawasi, Milka Bagimana, mengungkapkan pendapatnya terkait kegiatan ini. “Studi banding yang kita laksanakan di Desa Ratatotok sangat menyenangkan. Dari keluarga yang kita datangi setelah tambang emas berakhir, mereka merasa sejahtera dan sangat diperhatikan,” ungkap Milka. Ia juga tidak melihat adanya limbah dan kerusakan setelah tambang emas selesai beroperasi. “Sebelum ataupun sesudah adanya perusahaan, masyarakat tetap bisa mencari dan memakan ikan,” imbuhnya.
Sementara itu, apresiasi atas berlangsungnya kegiatan studi banding ini diungkapkan oleh peserta asal Desa Soligi, Alwi Lamasinu. “Kegiatan yang dilakukan oleh Harita Group ini sangat berkesan untuk kita semua, terutama kaitannya dengan studi banding,” ujar Alwi. Ia juga berharap dalam waktu yang akan datang dapat tercipta program-program lanjutan dari perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat. “Tidak sebatas kegiatan hari ini saja, tetapi harus ada kegiatan selanjutnya yang harus dikembangkan,” ujar pria yang juga merupakan Ketua Forum Akademisi Kepulauan Obi (Forappo).
Deputy Head Corporate Social Responsibility (CSR) and External Relation Harita Nickel Division, Alexander Lieman, mengatakan bahwa….
Kegiatan studi banding kali ini berlangsung dengan lancar tanpa kendala berarti. Dari kunjungan ke beberapa lokasi dan perbincangan dengan warga setempat, diharapkan para peserta studi banding semakin memahami bahwa kegiatan pertambangan memberi dampak lingkungan dan sosial yang positif selama dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab. Kegiatan studi banding ini pun ditutup dengan makan siang bersama dan membeli oleh-oleh khas Sulawesi Utara sebelum akhirnya kembali ke keluarga tercinta di rumah masing-masing.
Go Top