Trimegah Bangun Persada

News Detail

NCKL Raih Penghargaan Most Sustainable Nickel Company

13 December 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Media ekonomi terbesar dan terintegrasi CNBC Indonesia menggelar CNBC Indonesia Awards 2023 dengan mengusung tema 'Maintaining Optimism Amid Uncertainty'. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi kepada berbagai sektor usaha dan industri yang memiliki andil dalam membawa dampak positif terhadap kemajuan ekonomi tanah air.

Untuk kategori Most Sustainable Nickel Company, CNBC Indonesia Awards 2023 diberikan kepada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL). Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang berkomitmen untuk bersama pemerintah Indonesia mencapai pengurangan emisi karbon sesuai dengan target global.

"Kami ucapkan banyak terima kasih atas nama perusahaan terima kasih dan saya yakin ini akan jadi pemicu bekerja lebih baik lagi, kontribusi lebih banyak lagi bagi indonesia, dari obi untuk Indonesia," kata Direktur Utama NCKL, Roy Arfandy dalam CNBC Indonesia Awards 2023, Rabu (13/12/2023).

Diketahui usaha mencapai pengurangan emisi karbon terlihat dari kontribusi NCKL dalam menciptakan produk yang akan mendukung energi bersih dan rendah karbon. Industri baterai yang mendukung untuk kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) merupakan bahan baku yang terbebas dari bahan bakar fosil.

Selain itu, penggunaan kendaraan listrik mengurangi tingkat karbon yang dihasilkan dari emisi kendaraan tersebut. NCKL juga aktif mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang digunakannya sebagai sumber energi untuk proses produksi baterai.

Salah satu pembangkit yang digunakan oleh NCKL berbasiskan tenaga surya. Per September 2022, NCKL telah memanfaatkan panel surya untuk menyalakan 149 lampu di lokasi dengan kapasitas 250 kW-peak. Rencana ini akan terus dikembangkan hingga 250 MWp pada 2023 dan 300 Mwp pada 2025.

NCKL juga mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang digunakan untuk peralatan transportasi yang menggunakan campuran 30% biodiesel dan diperkirakan akan semakin banyak digunakan sebagai pengganti batu bara. Penggunaan energi bersih juga dimaksimalkan perusahaan dengan adanya penggunaan minyak jelantah untuk pembangkit energi, sehingga mengurangi 795 GigaJoule (GJ) konsumsi energi. Pengurangan emisi udara juga terlihat dari kualitas udara yang telah memenuhi pedoman WHO.

Selain itu, perseroan juga telah mengurangi signifikan dari penggunaan bahan bakar fosil. Mengutip laporan keberlanjutan NCKL, intensitas energi yang digunakan menurun 82,3% menjadi 2,1 GJ/ton pada 2022 dibanding 11,9 GJ/ton pada 2021.

Di samping itu, pengurangan polusi udara juga dirasakan masyarakat Pulau Obi melalui pengembangan belt conveyor sepanjang setengah kilometer sebagai sarana pengangkutan hasil produksi. Pemanfaatan conveyor belt ini akan mengurangi penggunaan kendaraan berat, sehingga konsumsi bahan bakar fosil kotor berkurang.

Selain itu, debu yang dihasilkan kendaraan berat juga akan berkurang seiring dengan penggunaan sistem ini.

NCKL juga telah memanfaatkan sisa hasil pengolahan smelter RKEF menjadi terumbu karang buatan, batako, tetrapod, box culvert precast dan pelapis jalan. Sementara sisa hasil pengolahan HPAL ditempatkan kembali di lubang bekas tambang.

Selain itu, masifnya penggunaan baterai listrik menjadikan permintaan nikel semakin besar. Kendati demikian, NCKL mengembangkan hilirisasi nikel dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Melansir data S&P Commodity Insight, permintaan nikel global akan terus meningkat hingga 2027 dengan kontribusi nikel Indonesia mencapai 40% lebih. Hal ini terjadi seiring dengan komitmen dunia untuk beralih ke baterai kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon.

Proyek Keberlanjutan Hilirisasi Nikel Melalui Smelter HPAL

TBP juga fokus pada pengembangan pabrik HPAL, yang memiliki dampak langsung pada industri baterai kendaraan listrik. Proyek ini menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP), yang menjadi komponen penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Prospektus perseroan juga mencatat proyek HPAL Tahap I dan II terdiri dari dua lini produksi senyawa yaitu nikel-kobalt. Proyek ini dapat digunakan untuk memproduksi MHP yang akan digunakan untuk salah satu bahan baku utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Perseroan terus melanjutkan pengembangan smelter HPAL yang diperkirakan akan beroperasi pada 2024 dengan perkiraan total kapasitas produksi 61-66 ribu ton. Kendati demikian, produksi nikel perseroan akan memberi peluang untuk meningkatkan volume penjualan bijih Perseroan untuk memenuhi peningkatan kapasitas produksinya.

Sebagai informasi, pabrik HPAL memiliki keunggulan dalam efisiensi energi dan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan teknologi RKEF. Ini akan memberikan dampak positif pada lingkungan dan juga menjawab kebutuhan akan baterai ramah lingkungan.

Go Top