23 October 2023
JAKARTA, investor.id – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel berencana membangun pelabuhan dan delapan dermaga pada tahun ini. Pembangunan megaproyek tersebut masuk sebagai bagian dari rencana strategis perseroan di 2023.
Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk Roy Arman Arfandy menyampaikan, sampai saat ini pembangunan berbagai proyek dan fasilitas Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, masih terus berlangsung.
“Termasuk menyangkut kebutuhan perseroan terhadap infrastruktur pelabuhan dan dermaga yang akan terus berlanjut ke depannya,” jelas Roy kepada Investor Daily baru-baru ini.
Roy mengungkapkan, pembangunan fasilitas pelabuhan dan dermaga akan menyerap dana dari belanja modal (capital expenditure/capex) yang dicadangkan NCKL pada tahun ini. Roy enggan merinci secara spesifik besaran yang digelontorkan perseroan untuk membangun sejumlah infrastruktur tersebut.
"Kami tidak hitung secara khusus (untuk pelabuhan dan dermaga) itu,” imbuh Roy.
Yang jelas, perseroan mengharapkan, infrastruktur pelabuhan dan dermaga ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mendukung pertumbuhan serta ekspansi perusahaan. “Sumber dana dari pembangunan pelabuhan ini berasal dari kas internal perusahaan,” ucap Roy.
Tahun ini, Harita Nickel menganggarkan capex sekitar Rp 900 miliar sampai Rp 1 triliun yang akan digunakan untuk menuntaskan beberapa proyek yang sedang dikerjakan di 2023.
Analis Danareksa BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan dalam riset yang dipublikasi baru-baru ini mengekspektasikan harga nikel dan margin produksi bakal bergerak stabil pada paruh kedua 2023. Kuncinya terletak pada faktor volume.
“Jadi, kami melihat kinerja sektor pertambangan logam pada semester II-2023 akan didorong oleh faktor volume, sehingga kami lebih memilih produsen dengan volume yang bertumbuh salah satunya, NCKL,” jelas Hasan dalam risetnya.
Ekspektasi stabilisasi harga nikel dan margin produksi ini berkaca dari harga nickel pig iron (NPI) Tiongkok sebagai proksi. Di mana, Hasan mencatat, harga nikel telah mencapai titik terendahnya sebesar US$ 13,182/ton pada Juli 2023, melanjutkan pelemahan sejak kuartal II-2023 akibat suplai yang berlebih dari Indonesia.
“Kami memperkirakan, harga nikel untuk kelas I (MHP, NiSO4, matte) dan kelas keduanya akan stabil pada kuartal III-2023 hingga kuartal IV-2023 di tengah ekspektasi peningkatan permintaan baja tahan karat dan prekursor baterai. Sedangkan, dari segi biaya, kami perkirakan biaya tunai akan tetap datar secara QoQ lantaran harga batu bara ICI relatif tetap,” terang Hasan.
Ini disokong oleh stabilitas harga nikel dan margin produksi. Maka dari itu, dirinya mencermati, kinerja sektor pertambangan logam pada semester II-2023 akan banyak dipengaruhi oleh volume, sehingga hal tersebut akan menguntungkan bagi produsen nikel yang volumenya meningkat.
Terbukti, rampungnya smelter unit usaha Harita Nickel, PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) berimbas pada pertumbuhan produksi HJF sebesar 122% secara QoQ di kuartal II-2023 menjadi 16.323 ton.
Pada akhir 2022, HJF resmi mulai mengoperasikan dua jalur produksi. Disusul tiga lini produksi yang masing-masing tuntas pada Januari 2023, Februari 2023, dan Maret 2023.
“Kami perkirakan, HJF mencapai kapasitas produksi penuh pada kuartal III-2023 dan manajemen menargetkan produksi sekitar 65 ribu ton pada 2023. Karena produksi akumulatif HJF telah mencapai 23.676 ton pada semester I-2023. Kami mengestimasikan, HJF dapat memproduksi 41.324 ton pada semester II-2023 sehingga akan menghasilkan total volume produksi feronikel sampai 90 ribu ton, atau naik 260% yoy,” ungkap Hasan.
“Karena itu, kami merekomendasikan beli saham NCKL dengan target harga Rp 1.400 per saham,” ujarnya. Sampai perdagangan Jumat (20/10/2023), harga saham NCKL ditutup di harga Rp 995. Harga tersebut menguat sebesar 1,53% atau setara 15 poin dibandingkan harga penutupan sebelumnya sebesar Rp 980 per saham.
Go Top