20 November 2023
CNBC Indonesia - Teknologi pemrosesan unggul yang diprakarsai PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel turut mendorong pertumbuhan ekonomi provinsi Maluku Utara menjadi yang tertinggi secara nasional.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), rekor pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia diraih Maluku Utara sebesar 23,89% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II-2023.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Maluku Utara adalah melesatnya kinerja sektor pertambangan dan penggalian hingga 64% (yoy), kemudian disusul industri pengolahan yang berhasil tumbuh 48,12% (yoy).
Dari sisi lapangan pekerjaan, pertambangan dan penggalian serta pengolahan mampu berkontribusi lebih dari 50% secara akumulasi terhadap struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara per kuartal II-2023.
Secara kuartalan, kedua industri tersebut mengalami pertumbuhan lapangan usaha tertinggi dimana pertambangan dan penggalian sebesar 23,24%, kemudian disusul industri pengolahan sebesar 15,71%.
Pertumbuhan gemilang tersebut tentu terjadi bukanlah tanpa sebab, kiprah Harita Nickel sebagai salah satu pelaku bisnis nikel dengan teknologi pemrosesan terintegrasi turut mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Harita Nickel memiliki tambang nikel yang berlokasi di pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Operasional tambang sudah berjalan sejak 2007 silam, dan konsisten bertransformasi dalam memajukan industrialisasi nikel.
Langkah industrialisasi nikel diupayakan perusahaan dimulai dari mendirikan smelter pertama berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) pada 2017 lalu, yang menghasilkan feronikelsebagai bahan baku stainless steel.
Proyek peningkatan nilai tambah pada nikel yang membawa manfaat bagi Indonesia khususnya Maluku Utara menempatkan Kawasan Industri Pulau Obi sebagai Proyek Strategis Nasional pada 2020 lalu.
Setahun berikutnya, jiwa pionir Harita Nickel kembali datang dalam memajukan industri nikel dengan mendirikan refinery untuk pemurnian nikel limonit (bijih nikel kadar rendah) dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL). Saat itu refinery besutan Harita Nickel menghasilkan produk antara yang merupakan bauran nikel dan kobalt, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Refinery dengan teknologi tersebut menjadi yang pertama beroperasi di Indonesia, bahkan hasil pemurnian nikel diklaim memiliki jejak karbon yang lebih rendah dan memiliki bentuk matte sehingga lebih mudah untuk diolah lebih lanjut.
Oktober 2022, Harita Nickel meresmikan beroperasinya smelter RKEF kedua dengan kapasitas produksi 95.000 metal ton nikel per tahun. Sehingga, total 3 pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel dioperasikan oleh perusahaan milik anak bangsa ini dengan mengaplikasikan dua teknologi yang berbeda, RKEF dan HPAL.
Langkah Harita Nickel tidak berhenti di sana. Delapan bulan kemudian, persisnya akhir Juni 2023 Harita Nickel berhasil melanjutkan industrialisasi nikel dengan memurnikan MHP menjadi produk turunan berikutnya dan melakukan ekspor perdana untuk nikel sulfat (NiSO4), dan di bulan Juli 2023 berhasil memproduksi dan melakukan ekspor perdana untuk kobalt sulfat (CoSo4).
Keberhasilan produksi nikel sulfat ini lagi-lagi menjadikan Harita Nickel pionir di Indonesia dan menjadi pabrik nikel sulfat terbesar di dunia yang memiliki kapasitas produksi hingga 55.000 metal ton nikel per tahun. Catatan gemilang ini membuat Indonesia semakin diperhitungkan sebagai pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik global.
Kabar terbaru, smelter RKEF ketiga sedang dalam proses pembangunan dan diharapkan bisa resmi beroperasi pada tahun 2025. Tak hanya itu, refinery HPAL kedua juga bakal digencarkan untuk dapat beroperasi pada pertengahan tahun depan.
s
Go Top