28 September 2024
Pulau Obi, tempat di mana Harita Nickel beroperasi, memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tidak hanya perairan dengan keanekaragaman biota lautnya, pulau yang menyimpan kandungan mineral nikel ini ternyata juga memiliki daratan yang subur. Sayangnya, potensi ini belum dioptimalkan untuk budidaya pertanian.
Melihat potensi luar biasa tersebut, Harita Nickel melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) melakukan pendampingan budidaya pertanian kepada warga lokal di lingkar operasionalnya. Tujuannya agar warga bisa mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri dan sekaligus sebagai sumber penghasilan.
Adalah Lukmanul Hakim, Agriculture and Fishery Supervisor Harita Nickel, Insan Harita yang mengemban tugas untuk melakukan pendampingan pertanian dan perikanan kepada para warga lokal. Alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini telah bergabung di Harita Nickel sejak tahun 2021 dengan jabatan awal sebagai Staf Corporate Social and Responsibility (CSR). Tugas pertamanya saat itu mendampingi Obi Sehati (Sentra Holtikultura dan Agribisnis Tanggap Iklim), salah satu kelompok tani binaan Harita Nickel, yang saat itu fokus pada penanaman buah semangka.
Pria kelahiran Makassar 28 tahun silam itu menceritakan pengalamannya menjalani pekerjaan yang ia lakoni hingga hari ini. Menurutnya tantangan yang dihadapi dalam pendampingan pertanian adalah bagaimana mempertemukan petani dengan karakter dan pandangan yang berbeda. Hal ini membutuhkan kesabaran dan komunikasi yang baik untuk bisa meyakinkan mereka agar memiliki satu visi misi yang sama.
“Rasa lelah ketika harus melakukan pembinaan terhadap warga yang ada di lintas desa Pulau Obi, belum lagi harus menunggu hasil panen yang tentunya tidak sebentar. Tapi setelah melihat hasilnya sampai sejauh ini, semuanya terbayar lunas,” ujar ayah dari tiga anak ini, bangga.
Tiga tahun berlalu, saat ini terdapat 12 program pendampingan pertanian dan hampir seluruh kelompok binaan yang dikelola oleh Lukman bersama tim dari Departemen Community Development telah mencapai tingkat mandiri. Baginya, ini merupakan pencapaian yang luar biasa.
“Prosesnya sangat panjang. Saya pun juga tidak menyangka bisa sampai sejauh ini. Yang awalnya banyak petani memiliki pendapatan yang kurang, setelah kita dampingi jadi punya penghasilan yang cukup dan bisa memenuhi kebutuhan harian mereka sendiri,” ujarnya.
Sejumlah program tersebut diantaranya Sentra Ketahanan Pangan Obi (SENTANI) di Desa Buton yang fokus pada penanaman padi. Kemudian Obi Sehati di Desa Akegula dan Buton dengan komoditas tanaman hortikultura serta budidaya semangka dan melon. Ada pula Super Hortima di Desa Laiwui yang menitikberatkan pada budidaya ikan dan hortikultura.
Lalu Desa Baru yang fokus pada penanaman holtikultura dan kedelai, Desa Jikotamo dengan penanaman holtikultura dan peternakannya, serta di Desa Kawasi dengan program SUTAN yang fokus pada hasil tangkapan ikan para nelayan yang diserap untuk kebutuhan kantin perusahaan.
“Sejauh ini sebagian hasil panen sudah diserap oleh perusahaan, seperti semangka dan melon dari Desa Buton dan hasil tangkapan nelayan dari Desa Kawasi,” jelas Lukman.
Sementara itu, hasil panen dari program yang lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok binaan maupun untuk dipasarkan di masyarakat desa setempat. “Total semangka yang disuplai ke site Harita Nickel per bulan dapat mencapai 10 ton, sedangkan untuk melon sendiri saat ini baru bisa 2 ton,” lanjutnya.
Pria yang belum lama ini mendapatkan penghargaan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi atas komitmennya dalam Percepatan Pembangunan Desa dan Pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) Desa itu optimis angka tersebut bisa terus bertambah sejalan dengan permintaan dari perusahaan yang terus meningkat. “Dari sini, kami ingin menunjukkan adanya kemitraan yang aktif dan efektif antara komunitas lokal dengan perusahaan,” pungkas Lukman.
Go Top