10 February 2024
Kegiatan pertambangan seringkali dikaitkan dengan potensi kerusakan lingkungan. Namun, kunjungan yang dilakukan oleh Guru Besar Fakultas Teknik Metalurgi ITB, Prof. Dr. Ir. M. Zaki Mubarok, dan Prof. Ir. Agus Jatnika Effendi, Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), ke PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel di Pulau Obi pada Minggu (04/02/2024), membawa pandangan baru yang kontras. Kunjungan ini menjadi contoh kolaborasi erat antara dunia pendidikan dan industri, yang diharapkan menggugah persepsi konvensional terkait pertambangan, melalui bukti nyata kegiatan operasional dan pelestarian lingkungan di site Obi.
Para akademisi ITB diajak menyaksikan secara langsung operasional perusahaan pertambangan, serta proses pengolahan bijih nikel kadar rendah pertama di Indonesia. Rangkaian kunjungan mencakup peninjauan di area penambangan, smelter, reklamasi, hingga Desa Kawasi, yang merupakan desa terdekat dengan operasional perusahaan.
Pada kesempatan tersebut, para akademisi memberikan apresiasi terhadap inovasi dan efisiensi dalam setiap tahap operasional perusahaan, serta mengakui kontribusi Harita Nickel dalam pengembangan ekonomi lokal. Ini mengusik persepsi bahwa semua kegiatan pertambangan harus diidentifikasi dengan dampak negatif terhadap lingkungan, bahkan masyarakat.
“Sangat mengesankan untuk menyaksikan secara langsung operasional Harita Nickel di Pulau Obi ini. Setelah melihat langsung, kami yakin bahwa Harita Nickel memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan industri pertambangan nikel di Indonesia,” ujar Prof. Zaki.
Selain melakukan kunjungan ke lokasi operasional perusahaan, kedua guru besar ITB ini juga turut membagikan pengetahuannya dalam acara sharing session yang dihadiri oleh sejumlah pimpinan dari berbagai departemen di Harita Nickel.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Zaki Mubarok menyampaikan materi mengenai pengembangan proses pengolahan bijih nikel laterit, serta studi kasus jenis-jenis teknologi metalurgi yang digunakan di Indonesia. Sementara itu, Prof. Agus Jatnika Effendi membawakan materi tentang remediasi lingkungan sekaligus menegaskan peran dan tanggung jawab perusahaan pada ekosistem di sekitar.
“Setelah mengunjungi area reklamasi perusahaan tadi, kami sangat mengapresiasi keseriusan perusahaan dalam mengevaluasi dampak operasionalnya terhadap lingkungan. Langkah-langkah reklamasi yang telah diambil bahkan terlihat begitu proaktif, diimplementasikan tanpa menunggu penyelesaian operasional penambangan,” ujar Prof. Agus.
“Harita Nickel telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menggabungkan efisiensi operasional dengan tanggung jawab lingkungan, dan semoga hal ini menjadi contoh bagi perusahaan lain dalam industri ini,” pungkasnya.
Go Top