31 July 2025
Harita Nickel menegaskan posisinya sebagai pionir produsen bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia lewat komitmen terhadap operasi berkelanjutan. Sisa hasil produksi dari proses High Pressure Acid Leaching (HPAL) dikelola secara khusus agar aman bagi lingkungan dan bahkan dapat dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan operasional.
Tailing sebagai produk sampingan dari proses ekstraksi nikel (Ni) dan Kobalt (Co) dari bijih limonit, berwujud slurry yakni campuran kental dari partikel padat dan cair yang menyerupai lumpur. Beredar isu, Harita Nickel mencemari lingkungan dengan membuang tailing ke laut. Lebih menyeramkan lagi, tailing tersebut tidak hanya mengandung logam berat tetapi juga beracun.
Faktanya, Harita Nickel mengelola tailing dari limbah HPAL dengan cara dipadatkan melalui Dry Stack Tailings Facility (DSTF). Pertama-tama, tailing dinetralisasi untuk menghilangkan kandungan racun dari proses pelindian asam, kemudian dipisahkan antara fraksi padat dan cair menggunakan filter press. Hasilnya, fraksi cair diolah lagi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan fraksi padat (dry tail) dengan kadar air mencapai 30% ditempatkan di area bekas tambang dengan metode compacting untuk menjaga stabilitas tanah.
Pengelolaan tailing dengan metode DSTF ini pertama kali diterapkan di Indonesia oleh Harita Nickel. Biaya mengoperasikannya pun tidak murah. Sebagai ilustrasi, dengan produksi tailing 8,6 juta ton per tahun dari pabrik HPAL yang dioperasikan PT Halmahera Persada Lygend (HPL), membutuhkan tenaga kerja sebanyak 300 orang yang terbagi dalam 5 divisi. Meliputi Geotechnical Engineering, Hydrology & Hydrogeology, Tailing Facility Planning, DSTF Earthwork, Leachate Treatment Plant.
“Tantangan terbesarnya adalah curah hujan yang tinggi, dengan area yang terbuka,” terang Nanang Koswara, DSTF Earthwork Supervisor.
Lantas bagaimana dengan area penimbunan dry tail saat hujan, yang notabene areanya terbuka? Desain rancang bangun fasilitas penimbunan dilengkapi dengan drainase, kolam pengumpul lindi, buttress (tanggul), sumur pantau air tanah berikut peralatan untuk memonitor kualitas air dan stabilitas tanah.
Dengan curah hujan yang relatif tinggi, yang penting untuk diperhatikan adalah kestabilan lereng timbunan mengingat kondisi material dry tail sensitif terhadap perubahan kondisi air. Untuk memastikan agar timbunan tetap stabil dan aman, tim dari Divisi Geoteknik terus menjaga kepadatan timbunan, mengontrol geometrinya serta merekomendasikan area penempatan tailing yang aman.
Tim Geotek sedang melakukan pengukuran stabilitas tanah untuk memastikan kondisi tanah mampu menopang timbunan tailing secara stabil.
“Disamping itu, pemantauan rutin harian dari tim geoteknik dilakukan untuk memitigasi awal potensi longsor. Kami selalu berkomitmen untuk menjaga operasional penempatan dry tail berjalan aman dan lancar,” ungkap Agus Budi Prastyo, Instrument & Geotechnical Supervisor.
Curah hujan tinggi memang menguntungkan bagi proses laterisasi nikel, akan tetapi juga perlu penanganan ekstra terhadap air limpasan maupun air tanah, terutama di area penempatan timbunan dry tail. Salah penanganan bisa menimbulkan longsor hingga pencemaran lingkungan.
Di sinilah peran tim Hidrologi & Hidrogeologi yang bertugas untuk mengontrol dan menjaga air limpasan agar tidak mengganggu aktivitas penimbunan. Meskipun curah hujan tinggi, operasional tetap berjalan dengan aman, dan terhindar dari potensi pencemaran.
“Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari di inlet dan outlet. Pengujian yang dilakukan meliputi kadar logam, pengujian parameter in situ dan juga dilakukan di laboratorium eksternal,” Rahma Maulida, Laboratory Assistant Engineer pada divisi Leachate Treatment Plant.
Tim dari divisi Leachate Treatment Plant sedang melakukan pemantauan air di kolam pengolah lindi untuk memastikan air yang dilepaskan ke badan lingkungan memenuhi baku mutu.
Di tengah rutinitas pekerjaan tim DSTF yang padat dengan operasional 24 jam dalam sehari, ditambah potensi risiko yang besar terutama terhadap ancaman pencemaran lingkungan, ternyata ada hal lain yang membuat mereka tetap kompak.
“Yang bikin betah suasana kekeluargaan, dan ini memang kita ciptakan. Contohnya pulang kerja kita manfaatkan untuk makan bersama di kantin,” ungkap Rahma.
Kepemimpinan yang memberi kepercayaan juga jadi kunci. “Kami semua di sini diberikan ruang tanggung jawab,” tutup Agus.
Go Top