Trimegah Bangun Persada

News Detail

Jaga Sumber Mata Air, Harita Nickel Lakukan Penghijauan di Danau Karo

11 January 2024

Pagi itu, mentari menyapa dari balik perbukitan di sisi sebelah utara dan selatan Danau Karo di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Danau yang berada di area operasional perusahaan hilirisasi terintegrasi, Harita Nickel ini, memiliki panorama alam yang memesona. Sejauh mata memandang, danau seluas 9,88 Km itu dikelilingi hamparan hijau pepohonan yang tampak asri. 

Direktur Health, Safety and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny H Gultom mengatakan Danau Karo memiliki peran yang vital bagi kelangsungan operasional perusahaan. Dengan debit air sebanyak 3 jutaan per bulan, danau ini menjadi sumber penyedia air untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Karena itu, Tonny menegaskan, menjaga kelestarian Danau Karo menjadi keniscayaan. 

“Artinya, kalau Danau Karo bermasalah maka operasional proyek kita juga akan terdampak. Karena itu, saya minta kita semua menanam dengan tersenyum. Semoga apa yang kita tanam dari hati ini, dapat tumbuh dengan baik sehingga danau ini terus terjaga kelestariannya,” ungkapnya, saat membuka kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang digelar di sekitar Danau Karo beberapa waktu lalu. 

Tonny mengungkapkan penanaman pohon sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelestarian Danau Karo memiliki makna istimewa, khususnya bagi para Insan Harita. Pasalnya, hal itu dilakukan tidak hanya sebagai kewajiban perusahaan untuk melakukan penghijauan di bekas area bukaan yang tidak digunakan lagi. Lebih jauh dari itu, imbuhnya, Danau Karo merupakan sumber penghidupan bagi operasional perusahaan. Selain penghijauan, menurutnya perusahaan juga melakukan pemantauan kualitas air secara berkala agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Lebih lanjut Tonny mengatakan, harapan agar danau terbesar di Pulau Obi itu tetap terjaga kelestariannya, tidak hanya datang dari perusahaan. Menurutnya seluruh stakeholder, baik dari pemerintah, masyarakat hingga para tokoh spiritual menginginkan agar perusahaan menjaganya dengan terus melakukan upaya konservasi. “Jadi bukan sebatas seremonial saja, tapi yang lebih penting bagi kita adalah melanjutkan menanam lahan yang sudah tidak kita pakai lagi untuk kita tanami. Dan jangan lupa, setelah ditanam kita semua wajib merawatnya,” tegas Tonny. 

Dalam kesempatan itu, dewan pakar Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) yang belum lama ini dikukuhkan sebagai ASEAN Engineer pertama oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan organisasi federasi insinyur di tingkat ASEAN (AFEO) itu, juga menyinggung soal posisi Maluku Utara. Dikatakan, Maluku Utara yang dulu dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah ini sekarang menjadi provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di tanah air berkat hilirisasi nikel. Yang lebih membaganggakan lagi, imbuhnya, Harita Nickel sebagai perusahaan pertama yang telah berhasil memproduksi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat. 

Produk turunan dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) ini merupakan material inti pembuatan baterai kendaraan listrik. Sumber energi baru ini menjadi primadona karena dianggap lebih ramah lingkungan. “Kalau kita dulu menjual rempah-rempah, sekarang kita menjual produk-produk dari Pulau Obi, yaitu Ferronickel, MHP, nikel sulfat dan kobalt sulfat. Kita harus semangat, karena dari Obi ini jadi kebanggaan Indonesia di mata dunia,” pungkasnya.



Go Top