Trimegah Bangun Persada

News Detail

Berburu Ikan Dasar di Laut Kawasi

20 April 2022

Strike….! Ayoo terus Pak, tarikkkkk! teriakan demi teriakan terdengar sahut menyahut. Malam itu, di perairan laut kawasi lebih ramai dari biasanya. Perahu- perahu terlihat beberapa kali saling berpapasan dan melambaikan tangan seraya memekik..”Sport Kawasi mantap!”. Khusus tanggal 16-17 April memang tengah diadakan Fishing Tournament yang diadakan Harita Nickel di perairan Kawasi, Pulau Obi Maluku Utara.

Di perahu yang saya naiki, sekitar 10 orang tengah melemparkan pancingan masing- masing, dan teriakan strike itu berasal dari sini. Apa pasal? Rupanya saat pancingan baru saja dilempar , tidak sampai 5 menit pancingan yang dilemparkan Tonny H. Gultom- Head of HSE & Sustainability Harita Nickel- pun bersambut. Sebagaimana halnya profesional yang sudah biasa memancing, ia nampak berkutat dengan kekuatan ikan yang menarik dengan kuat kearah bawah laut. Sepertinya tangkapan ikan yang berhasil dipancing cukup berat, karena joran nampak melengkung dengan hebat. Sampai- sampai saya mengira joran itu akan patah. Setelah uji kekuatan berlangsung beberapa saat antara dua pihak, akhirnya tali pancing yang mengalah. Joran dan penariknya sudah sangat kuat, tali pancing yang tidak cukup kuat menahan tarikan dua arah yang berlawanan. Dan, tali pancing itu tanpa aba- aba putus begitu saja..…memutus harapan dan teriakan banyak orang yang serempak mengatakan…”yaaaahhhhhh’’. Senyum mafhum pun muncul, mengamini bahwa perjuangan tadi sudah maksimal. Kegiatan memancing pun kembali berlangsung, dan kali ini ia beberapa kali mendapatkan ikan hanya tidak sebesar yang sebelumnya, tidak terkecuali pemancing lainnya.

Malam itu, keseruan serupa bukan hanya berlangsung di perahu yang saya tempati. Tapi juga berlangsung di perahu- perahu lain  yang juga tengah berjibaku dengan kail dan joran. Sepertinya mereka sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan karena beberapa kali terdengar teriakan yang sama, sayup- sayup dari perahu lain di sekitar. Untuk pemula seperti saya, melemparkan tali pancing saja sudah cukup membingungkan, syukur jika tidak tersangkut tali pancing kawan lain. Akhirnya saya memilih berbincang, mencuri ilmu sesaat tentang perikanan.

Kemudian dari Tonny Gultom, mengalirlah informasi- informasi yang sangat sayang untuk dilewatkan. Namun layar ponsel-nya sesaat mengedip, menunjukan adanya pesan baru masuk, hingga perbincangan pun seketika terhenti. Dari layar ponsel yang terang, saya melihat pesan yang masuk berupa foto hasil tangkapan ikan dari peserta hingga memancing pertanyaan. “Pak, itu ikan apa?” dijawab bahwa itu adalah ikan demersal, yang berarti ikan dasar. Setelah itu mengalirlah ceritanya, yang sarat informasi.

Ikan demersal, adalah ikan yang hidup di dasar laut. Merujuk ensiklopedi bebas, Istilah itu diambil dari bahasa latin ‘demergere’ yang berarti tenggelam. Biasanya juga ikan demersal disebut ikan karang, karena hidup diantara karang- karang di dasar laut. Karang hanya tumbuh dengan baik di zona produktif, maksimal tidak lebih dari 30 meter. Karena ikan demersal hidup dari memakan ikan- ikan kecil yang ada di seputaran karang, maka pergerakan ikan demersal pun ada di seputaran karang meski dimungkinkan ada yang menyelam ke laut lebih dalam lagi. Ikan demersal yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di dasar laut yang lebih dalam, dikategorikan sebagai ikan benthic dan rata- rata adalah predator yang sembunyi di pasir laut untuk mengecoh mangsanya. Sementara ikan benthopelagic adalah ikan demersal yang dapat berenang naik namun tetap berada dekat dengan dasar laut. Berbeda dengan ikan pelagis (ikan permukaan), ikan demersal mengandung sedikit minyak sehingga dagingnya termasuk ikan daging putih, contohnya saja seperti ikan kakap merah.   

Cerita pun sempat terputus saat terdengar teriakan dari arah belakang, “Barakuda nih”….rupanya Iwan Syahroni, Manajer Enviromental & Compliance berhasil mendapatkan ikan barakuda. Padahal kala itu ia baru menjajal teknik jigging, teknik memancing dengan menggunakan umpan hard lure berupa metal jig. Berat ikan yang berhasil didapatkannya saat itu mungkin sekitar 3 kg. Kegaduhan diiringi tawa pun membahana, karena proses dokumentasi yang beriringan dengan pekikan kesenangan. Dari penjelasan, ikan barakuda yang ditangkap bisa dikategorikan sebagai ikan demersal meski juga bisa dikategorikan ikan pelagis saat ia naik ke permukaan. Ikan pelagis adalah ikan yang yang hidupnya di permukaan dan cenderung bergerombol. Berdasarkan ukuran, ikan pelagis dikategorikan dalam dua kelompok, yakni pelagis besar dan pelagis kecil. Pelagis besar contohnya  ikan tuna, tongkol dan cakalang. Sedangkan ikan pelagis kecil contoh diantaranya ikan kembung dan ikan teri. Dibandingkan ikan demersal, ikan pelagis memiliki kandungan minyak lebih banyak di tubuhnya yang mencapai sekitar 30%. Baik ikan demersal maupun pelagis memiliki keekonomian yang tinggi karena pasarnya terbuka luas dengan tingkat permintaan yang tinggi. 

Pekikan ‘Sport Kawasi, Mantap!’ tiba- tiba mendistraksi percakapan, di malam yang sudah beranjak melewati pertengahan, waktu indonesia bagian timur. Sebuah perahu ketinting yang ditumpangi 3 orang kemudian berpapasan dengan perahu kami. Melihat hasil tangkapan sepertinya mereka sudah banyak mendapatkan ikan. Pandangan sekilas kala itu melihat ikan tenggiri, barakuda dan ikan bobero diantara tumpukan ikan tangkapan. Rupanya malam yang sudah larut tidak menyurutkan tekad para pemancing untuk menderu bersama ombak, hanyut dalam lamunan kail pancing.

Tonny pun menjelaskan bahwa tangkapan ikan yang berhasil dipancing malam itu, menunjukan bahwa perairan barat Obi masih terjaga dengan baik meski secara alamiah di perairan itu tidak memilik kandungan klorofil-a berlimpah yang dihasilkan dari fitoplankton. Fitoplankton sendiri adalah rantai pertama makanan ikan pelagis. Beberapa ikan pelagis (pelagis kecil) kemudian juga menjadi makanan dari ikan demersal. Meski secara alamiah kondisi perairan sedemikian, namun ikan-ikan pelagis dan ikan demersal masih banyak ditemukan di perairan itu. 

Diantara penjelasan yang mengalir, kami sekali lagi dikejutkan dengan pekikan gembira dari beberapa rekan yang juga turut memancing di kapal yang sama. Ikan bobara dan barakuda kembali didapatkan. Bahkan beberapa dari mereka pun berhasil mendapatkan ikan- ikan kecil berwarna cantik yang biasa ditemui diantara karang hidup di permukaan. Pekikan itu menyadarkan kami bahwa waktu sudah beranjak menuju pukul 3 pagi. Sudah waktunya untuk kembali ke daratan.

Keesokan harinya saat nama- nama pemenang diumumkan, hasil tangkapan ikan- ikan dengan bobot yang berat kemudian tersebar ke berbagai group percakapan whatsap. Tiga pemenang utama kegiatan “Fishing Tournament” berhasil mendapatkan Ikan Bobara seberat 10,7 kg yang dimenangkan warga Kawasi. Berikutnya tangkapan ikan tenggiri seberat 9.3kg berhasil dipancing karyawan Harita Nickel dan ikan kakap merah seberat 7,6 kg berhasil dipancing anggota TNI yang bertugas di Desa Kawasi.

Ikan newSejumlah ikan pelagis dan demersal yang berhasil ditangkap dalam kegiatan Fishing Tournament

Melihat hasil  tangkapan ikan dalam Fishing Tournament  Harita Nickel itu serta penjelasan yang diberikan Tonny, membawa ingatan pada upaya yang sudah dilakukan teman- teman site untuk pengelolaan lingkungan. Sungguh bukan upaya yang mudah namun mungkin dilakukan dengan kesungguhan, sebagaimana semangat yang disertakan untuk peringatan hari lingkungan hidup inetrnasional  5 Juni 2022.  Kegiatan yang di inisiasi oleh Lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBBP) yang mengawal agenda lingkungan hidup melalui organisasi United Nation Environment Program (UNEP) menyertakan Tagline #OnlyOneEarth dalam kampanye untuk peringatan hari lingkungan hidup tahun ini. Semboyan itu mengingatkan kita semua pada kewajiban bersama untuk menjaga bumi, karena kita hanya memiliki satu bumi untuk ditinggali.Tidak ada bumi lain, hanya satu!

Image1Ikan bobara dan kakap merah menjadi dua ikan terberat yang berhasil memenangkan juara ke-1 dan ke-3

Dsc00281

Go Top