06 March 2024
Baterai berbahan baku lithium ferro phosphate (LFP) disebut-sebut akan menggerus prospek nikel yang digadang-gadang menjadi komoditas andalan Indonesia di masa depan. Harga yang lebih murah, lebih tahan panas dan tidak mudah terbakar menjadi penyebabnya. Bagaimana komentar pelaku industri nikel?
Direktur Health, Safety and Environment (HSE) PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) Tonny H. Gultom mengatakan baterai berbasis nikel, mangan dan kobalt (NMC) akan tetap menjadi andalan untuk kendaraan listrik masa depan. Pasalnya, baterai berbasis nikel mampu menyimpan energi listrik lebih besar dan tahan lama. Selain itu, baterai berbasis nikel juga memiliki ketahanan tinggi terhadap perbedaaan iklim.
"Penggunaan baterai berbasis nikel cocok bagi karakteristik mobil listrik pada umumnya. Apalagi bagi pengguna yang memiliki kebutuhan berkendara jarak jauh dan daerah yang memiliki perbedaan iklim dan suhu yang ekstrim," kata Tonny.
Tonny menjelaskan, baterai berbasis LFP merupakan teknologi awal dan sudah digunakan oleh berbagai macam kendaraan. Kemudian muncul kebutuhan teknologi baterai yang memiliki daya tampung lebih besar dan lebih tahan lama. Baterai berbahan nikel hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Baterai berbasis nikel juga lebih rendah jejak karbon karena mampu didaur ulang. Itu membuat baterai ini sejalan dengan tujuan pembangunan keberlanjutan. Tak heran jika Uni Eropa sampai menggodok regulasi yang mewajibkan penggunaan recycled battery dalam komponen kendaraan listrik.
"Penggunaan baterai berbasis nikel diharapkan dapat menjawab tantangan ini karena bisa didaur ulang dan digunakan lagi dalam prinsip ekonomi sirkular," tegas Tonny.
Optimisme NCKL
Perseroan dengan kode emiten NCKL ini tetap optimistis dengan prospek nikel di masa depan. Tonny menjelaskan, di masa depan, permintaan terhadap nikel akan ditopang oleh kebutuhan terhadap baja nirkarat dan baterai kendaraan listrik.
Feronikel yang merupakan produk turunan bijih nikel kadar tinggi (saprolit), lanjut Tonny, masih dibutuhkan oleh banyak sektor seperti otomotif, kesehatan hingga peralatan rumah tangga. "Sementara peluang bagi produk turunan bijih nikel kadar rendah (limonit) berupa MHP, nikel sulfat, dan kobalt sulfat sebagai produk bahan baterai kendaraan listrik kini terbuka lebar di era transisi energi," kata Tonny.
Tonny menyadari kondisi makro ekonomi yang menantang dan produktivitas nikel Indonesia sedang mempengaruhi pasar nikel dunia. Namun ke depan, akan terbentuk titik keseimbangan baru antara permintaan, penawaran, dan harga nikel dunia.
Tonny optimistis peningkatan kondisi ekonomi global di masa mendatang akan turut mendorong permintaan terhadap produk turunan nikel serta meningkatkan prospek industri nikel secara keseluruhan. Karenanya, kondisi pasar nikel dunia saat ini tidak mempengaruhi target produksi atau rencana investasi perseroan.
"Sampai saat ini, kami tetap beroperasi sesuai kapasitas dan target." pungkasnya.
Go Top